PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) ingin mengubah pandangan masyarakat soal keandalan teknologi digital yang digunakan oleh bank syariah.
Direktur Information Technology BSI Achmad Syafii menyebut ada persepsi yang berkembang di masyarakat bahwa teknologi bank syariah Indonesia tertinggal dari bank konvensional.
Bahkan, ia menyebut ada yang menilai teknologi bank syariah tidak bisa apa-apa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau mengakui teknologi pihaknya sempat tertinggal, Achmad mengatakan pembenahan teknologi dan digitalisasi mulai gencar dilakukan pada 2-3 tahun terakhir.
Dia menyebut bank syariah juga membandingkan atau menjadikan bank konvensional sebagai tolak ukur kinerja.
"Ini tantangan kami, awalnya kami memang tertinggal dalam hal digital tapi dalam 2-3 tahun terakhir kami kejar," katanya pada diskusi daring CORE Indonesia, Rabu (24/3).
Ke depan, ia menilai tantangan yang dimiliki bank syariah, khususnya BSI, adalah meyakinkan masyarakat akan kemampuan BSI yang diklaimnya tidak kalah mumpuni dari bank konvensional.
Hal ini menjadi penting untuk dikejar mengingat BSI memiliki tugas besar yang dititipkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu menjadi salah satu pemain keuangan syariah terbesar dunia.
Achmad menargetkan BSI harus dapat bersaing dengan bank syariah internasional lainnya yang masih didominasi oleh Timur Tengah dan Malaysia.
Dalam mencapai target, ia menyebut BSI akan mengembangkan usahanya menjadi bank universal, tidak eksklusif hanya untuk nasabah tertentu saja.
"Di era sekarang kami dituntut untuk masuk ke teknologi digital, potensi terbesar adalah milenial. Pemerintah juga meminta BSI fokus ke UMKM, artinya diminta setelah jadi besar tidak melupakan yang kecil," tutupnya.