Ratusan petani di Desa Sumurgeneng, Tuban, Jawa Timur viral beberapa waktu lalu. Mereka berbondong-bondong memborong mobil mewah.
Itu mereka lakukan setelah 225 warga menerima pembayaran ganti rugi miliaran rupiah dari pembebasan lahan yang dijadikan Proyek Kilang Pertamina. Tak tanggung-tanggung, ada warga yang menerima ganti rugi sampai dengan Rp26 miliar.
Namun, setelah sempat kaya mendadak dan memborong mobil, kini mereka mulai kehabisan uang. Salah satunya warga bernama Ali Sutrisno dan Siti Nurul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:3 Trik Bijak Gunakan THR |
Sempat mendapatkan 'uang kaget' Rp17 miliar, kini uang mereka tinggal Rp50 juta. Meskipun belum tentu uang itu dihabiskan semua untuk hal yang tak produktif, perencana keuangan tetap mengingatkan soal betapa pentingnya pengelolaan keuangan yang baik agar tiap rezeki nomplok yang diperoleh tak cepat menguap.
Jika cermat dan disiplin, bahkan uang tersebut dapat menghasilkan keuntungan lebih besar.
Lantas, bagaimana idealnya pengelolaan 'uang kaget' tersebut?
Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho mengatakan sebenarnya tak ada rumus baku dalam mengelola uang dalam jumlah besar seperti yang didapat warga Desa Sumurgeneng.
Terlebih, latar belakang sosial dan ekonomi tiap orang berbeda-beda. Namun beberapa cara berikut bisa dilakukan jika agar 'uang kaget' yang didapatkan bisa digunakan untuk berbagai keperluan dalam jangka panjang.
Andy berpandangan langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengamankan uang yang diperoleh di bank. Jika jumlahnya besar, bank biasanya menawarkan bunga simpanan yang cukup menguntungkan.
Memasukkan seluruh uang tersebut ke dalam bank juga berfungsi untuk mencegah konsumsi yang tak terkontrol.
"Apalagi jika kita enggak terbiasa dapat rezeki sedemikian besar. Karena biasanya yang terdorong adalah sisi emosional kita kita ingin berbelanja yang selama ini kita impi-impikan," ucapnya.
Setelah itu baru lah kemudian rencana pengelolaan uang dilakukan, mulai dari memisahkan kebutuhan konsumsi, belanja modal hingga investasi.
Menurut Andy, menyisihkan sebagian uang tersebut untuk modal usaha sangat penting terutama jika tanah yang dijual merupakan satu-satunya sumber penghasilan.
Artinya, penerima 'uang kaget' tersebut harus memutar otak untuk membuka usaha baru dengan penghasilan yang sama atau lebih besar dari sebelumnya.
"Jadi penghasilan tersebut dibelikan barang produktif yang akan menghasilkan income lagi. Kita akan bagi sekian persen untuk modal usaha," tuturnya.
Lihat juga:Ragam Bisnis Ramadan Modal Rp3 Juta |
Namun, kembali lagi, tak ada rumus baku berapa persen uang yang harus disisihkan untuk modal usaha, tergantung model bisnis yang akan dijalankan ke depan. Yang pasti, jumlahnya disarankan lebih besar dari yang diterima dari ganti rugi atau pembebasan lahan.
"Tergantung Kondisi dan preferensi masing-masing. Karena ada beberapa orang yang senang dengan pekerjaan pertanian, bisa beli lahan di tempat lain," tuturnya.
Atau, jika di desa tersebut ada warga lain yang tetap bercocok tanam tetapi kesulitan dalam hal pengangkutan hasil pertanian, modal bisa disisihkan untuk masuk ke dalam bisnis pengangkutan tersebut.
"Mereka mungkin lihat hal tersebut sebagai peluang bisnis. Bisa beli truk misalnya untuk disewakan. Atau mungkin bisa juga traktor. Macam-macam lah usahanya," jelas Andy.
Lihat juga:4 Kiat Siapkan Dana Mudik Lebaran 2021 |