TAIPAN

Gagal Meraih Cita-cita, Dato Sri Tahir Jadi Taipan

Agus Triyono | CNN Indonesia
Minggu, 06 Jun 2021 10:25 WIB
Sebelum menjadi orang terkaya nomor 5 di Indonesia, Dato Sri Tahir pernah bercita-cita menjadi dokter tapi gagal meraihnya. Berikut alasannya.
Sebelum menjadi orang terkaya nomor 5 di RI, Dato Sri Tahir pernah berkeinginan menjadi dokter. (CNNIndonesia/Fajrian).
Jakarta, CNN Indonesia --

Gagal menggapai cita-cita, bukan akhir dari segalanya. Begitu juga mungkin yang terjadi pada Dato Sri Tahir.

Jauh sebelum menjadi orang kaya seperti sekarang ini, lelaki yang terlahir atas nama Ang Tjoen Ming ini pernah bermimpi menjadi dokter. Mimpinya cukup sederhana, ingin bekerja mandiri.

Dengan menjadi dokter, Tahir muda berniat membuka praktek di depan rumah sendiri sehingga tidak perlu bekerja di bawah bayang-bayang orang lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mewujudkan mimpinya, selepas menyelesaikan SMA, Tahir sempat melanjutkan kuliah di Taiwan. Namun, takdir seperti menuntunnya.

Ia merasa tak betah dan cocok menjalani pendidikan di negeri itu. Terlebih ketika ia mendapat kabar bahwa ayah yang menjadi tulang punggung keluarga sakit dan tidak bisa membiayai keluarga serta pendidikannya.

Mendengar kabar itu, ia langsung pulang dan meneruskan usaha ayahnya. Meski kondisi kesehatan ayahnya membaik, Tahir tetap enggan meneruskan pendidikannya ke Taiwan.

Pada usia 20 tahun, Tahir mendapatkan jalan hidup baru. Dia menerima beasiswa di sekolah bisnis di Nanyang Technological University di Singapura.

Di situlah jalan hidupnya menjadi pengusaha bermula. Bermodal Rp700 ribu yang ia dapat dari ibunya, ia manfaatkan waktu luang di sela kesibukan kuliah untuk berdagang.

Biasanya, ia membawa satu sampai dua koper untuk diisi dengan berbagai barang belanjaan dari Singapura untuk dijual di Indonesia.

Saat baru berdagang, pria penyuka makanan asli Indonesia ini mengaku tidak ada yang membimbing sama sekali. Semua ia kerjakan sendiri.

Padahal, di negeri itu, ia tak bisa Bahasa Inggris sama sekali. Yang ia tahu hanya beberapa kata, how much dan discount.

Tapi, kelemahan tersebut tak lantas membuat Tahir minder. Justru dengan keuletan itu usahanya akhirnya berkembang.

"Bahasa Inggris juga kacau ya orang Surabaya, bukan dari Jakarta, tapi Suroboyo. Itu pengalaman yang bagus untuk saya, saya ke Singapura, tinggal di losmen. Jadi inang-inang (berdagang). Itu sendiri ya, kesendirian membuat saya tabah hari ini," katanya kepada CNNINdonesia.com beberapa waktu lalu.

Lulus dari Nanyang, Tahir melebarkan sayap usahanya. Ia membangun bisnis leasing yang menjual sekaligus memberikan kredit mobil. Nama Mayapada yang sekarang ini membesar, sudah ia gunakan untuk bisnis itu.

Tapi sayang, usaha itu gagal. Tahir bangkrut dan bahkan sempat terlilit utang hingga lebih dari US$10 juta.

"Waktu itu dagang mobil Suzuki, tapi lalu bangkrut," katanya.

Mochtar Riady

Di tengah kondisi itu, ia ditawari Mochtar Riady untuk mengurusi bisnis garmennya. Mochtar Riady merupakan pendiri Grup Lippo.

Ia adalah ayah dari Rosa Riady yang merupakan istri Tahir. Kepercayaan itu dibayar oleh Tahir.

Dalam waktu tak lama, ia berhasil melunasi utangnya di bank. Setelah bangkit, ia membangun kembali bisnisnya.

Dari garmen, lambat laun ia melebarkan sayap bisnisnya ke sektor keuangan. Pada 1986 ia mendirikan Mayapada Group.

Pada 1989, ia mengajukan izin kepada Bank Indonesia untuk membangun Bank Mayapada. Dengan bantuan beberapa pihak akhirnya ia berhasil memperoleh izin.

Pada 1990-an, Bank Mayapada lahir menjadi salah satu bisnis andalan Grup Mayapada. Bahkan, saat krisis menerpa ekonomi Indonesia dan menghancurkan sejumlah bank swasta maupun pemerintah, Bank Mayapada tetap bertahan dan bahkan malah masuk ke pasar saham Bursa Efek Jakarta.

Bank Mayapada tetap digdaya karena mereka fokus pada kredit untuk usaha kecil yang tahan banting di tengah krisis ekonomi 1998.

Grup Mayapada pun semakin berkembang. Mereka kian melebarkan sayap bisnisnya. Pada 2000 misalnya, mereka merambah bisnis rumah sakit dengan mendirikan Rumah Sakit Mayapada dan Mayapada Clinic.

Mayapada juga melebarkan sayap bisnisnya ke sektor pertambangan, media, ritel khusus, hotel dan real estat serta asuransi.

Bisnis-bisnis itu menjadikan Tahir sebagai salah satu taipan terkemuka di Indonesia. Forbes mencatat total kekayaannya sampai dengan 2021 ini mencapai US$3,3 miliar.

Itu setara dengan Rp47,07 triliun (Kurs Rp14.264 per dolar AS).

Benci Orang Kaya dan Gemar Berderma

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER