Modal Asing Keluar Saat Corona Lebih Lama dari Krisis 2008
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan arus modal keluar (capital outflow) dari negara berkembang (emerging country) pada masa pandemi covid-19 lebih lama dibandingkan periode krisis keuangan global di 2008 lalu. Tak hanya itu, aliran modal keluar ini juga lebih deras.
"Periode global financial crisis (krisis keuangan) aliran modal asing kembali ke negara emerging pada bulan keenam. Sementara pada covid-19 ini capital flow belum kembali meskipun sudah memasuki bulan ke-15," ujarnya dalam rapat bersama Komisi XI DPR, Senin (14/6).
Menurut Ani, sapaan akrabnya, kondisi tersebut disebabkan dampak pandemi covid-19 sifatnya berkelanjutan. Namun, ia memastikan kondisi aliran modal asing di Indonesia masih relatif stabil dan terjaga.
Sejak Januari 2020 atau masa awal kemunculan covid-19, investor asing di pasar modal membukukan jual bersih (net sell) Rp125,6 triliun, hingga 10 Juni 2021 kemarin. Angka ini lebih tinggi dibandingkan outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Namun, memasuki 2021, angkanya mulai membaik. Catatan Bank Indonesia (BI), investor asing mencatat beli bersih (net buy) sebesar Rp14,65 triliun dari awal tahun hingga 10 Juni 2021.
"Kalau kita lihat di Indonesia masih relatif dalam kondisi terjaga," ucapnya.
Baca juga:7 Bank Antre Jadi Bank Digital |
Sebelumnya, Ani pernah mengatakan capital outflow di tengah pandemi virus corona dua kali lipat lebih deras ketimbang krisis ekonomi pada 2008 dan 2013 silam.
Ia menyatakan aliran modal asing yang keluar saat krisis ekonomi pada 2008 sebesar Rp69,9 triliun. Sementara, pada krisis 2013 lalu, asing hanya menarik investasinya sebesar Rp36 triliun.
Sedangkan, pada periode Januari-Maret 2020 saja, arus modal keluar mencapai Rp145 triliun akibat pandemi covid-19.
"Arus modal tersebut jauh lebih besar dibandingkan periode krisis 2008 dan 2013,"ujarnya.