Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan kantong pendapatan negara terisi Rp1.760,7 triliun pada akhir tahun ini. Proyeksi ini membuat pendapatan negara akan lebih tinggi Rp17,1 triliun atau mencapai 101 persen dari target di APBN 2021 yang hanya Rp1.743,6 triliun.
"Outlook pendapatan negara diperkirakan 101 persen dari target, tumbuh 6,9 persen," ungkap Ani dalam bahan paparannya saat rapat bersama Badan Anggaran DPR secara virtual, Senin (12/7).
Proyeksi ini berasal dari realisasi pendapatan negara yang sudah mencapai Rp886,9 triliun atau 50,86 persen dari target per semester I 2021. Pertumbuhan pendapatan negara mencapai 9,1 persen pada paruh pertama tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, bendahara negara memperkirakan pendapatan negara bisa melebihi target karena penerimaan pajak mulai pulih pada tahun ini setelah tertekan dampak pandemi covid-19 sejak tahun lalu. Outlooknya, penerimaan pajak setidaknya bisa mencapai Rp1.176,3 triliun atau 95,7 persen dari target Rp1.229,6 triliun.
"Meski lebih rendah sekitar Rp53,3 triliun (dari target). Outlook pajak tumbuh 9,7 persen," terangnya.
Selain dari pajak, kantong negara bakal mendapat amunisi dari pemasukan kepabeanan dan cukai yang diperkirakan mencapai Rp224,1 triliun atau 104,3 persen dari target Rp213 triliun. Outlooknya, penerimaan bea dan cukai tumbuh 5,2 persen pada tahun ini.
Selanjutnya, penerimaan juga datang dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diasumsikan bisa terisi hingga Rp357,7 triliun atau 119,9 persen dari target Rp298,2 triliun. Proyeksinya, PNBP tumbuh 4 persen.
Terakhir, ada pula peningkatan pendapatan negara dari hibah yang diasumsikan bisa mencapai Rp1,8 triliun pada akhir tahun ini. Outlooknya naik dua kali lipat dari asumsi awal sekitar Rp900 miliar.
Sementara belanja negara diperkirakan cuma mencapai Rp2.700,4 triliun atau 98,2 persen dari target Rp2.750 triliun. Proyeksi ini berasal dari perkiraan realisasi belanja pemerintah pusat yang kemungkinan cuma mencapai Rp1.929,6 triliun atau 98,7 persen dari target serta transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) Rp770,8 triliun atau 96,9 persen dari target.
Dengan outlook ini, maka keseimbangan primer diperkirakan sebesar Rp573,4 triliun atau lebih rendah Rp59,7 triliun dari asumsi Rp633,1 triliun. Sedangkan defisit diperkirakan berkisar Rp939,6 triliun atau lebih rendah dari asumsi Rp1.006,4 triliun, meski persentasenya tetap 5,7 persen dari PDB seperti asumsi awal.