Jakarta, CNN Indonesia --
Dalam bidang ekonomi inflasi sering dikaitkan sebagai tolak ukur stabilitas ekonomi. Betapa tidak, inflasi akan berpengaruh terhadap urusan ekonomi sehari-hari.
Untuk itu, penting bagi Anda untuk memahami pengertian inflasi, jenis, penyebab, beserta dampaknya terlebih dahulu.
Pengertian Inflasi
Menurut Bank Indonesia, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inflasi adalah kemerosotan nilai uang kertas akibat banyaknya peredaran uang kertas dan kenaikan harga barang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) mengartikan inflasi sebagai kondisi ekonomi di mana terdapat kenaikan harga barang dan jasa dalam waktu yang panjang karena ketidakseimbangan arus uang dan barang.
Menurut BPS, seperti yang dilansir dari laman Bank Indonesia, disebut inflasi jika kenaikan barang terjadi secara meluas akibat kenaikan suatu barang yang memengaruhi barang lain. Sementara kenaikan harga satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi.
Garis besar dari pengertian ini adalah inflasi disebabkan karena kenaikan harga barang dan jasa secara meluas yang konsisten dalam waktu cukup panjang sehingga mengacaukan perputaran keuangan serta menyebabkan terjadinya penurunan nilai mata uang.
Penyebab Inflasi
 Ilustrasi. Ada beberapa penyebab inflasi yang perlu diketahui. (Istockphoto/takasuu) |
Penyebab terjadinya inflasi ditimbulkan karena ketidakseimbangan permintaan dan penawaran barang atau jasa, peredaran uang, serta biaya produksi. Kondisi ekonomi negara yang menjadi mitra dagang turut berpengaruh terhadap terjadinya inflasi.
Namun, secara umum penyebab inflasi adalah sebagai berikut.
Tingginya permintaan pasar
Meningkatnya permintaan pasar dalam negeri terhadap suatu jenis barang atau jasa tertentu dalam jumlah besar namun tidak diimbangi dengan pasokan barang yang memadai atau terjadi kelangkaan barang di pasaran.
Tingginya biaya produksi
Biaya produksi yang membengkak disebabkan oleh stok bahan baku yang langka di pasaran. Sementara di waktu yang sama, permintaan akan barang tersebut sangat tinggi.
Harga bahan baku akan menjadi mahal dan biaya produksi harus dinaikkan. Imbasnya, harga jual barang menjadi mahal.
Faktor lain selain kelangkaan bahan baku di pasaran yang menjadi penyebab inflasi adalah naiknya harga bahan bakar dan upah buruh. Dalam situasi tertentu, faktor-faktor tersebut bisa saja naik secara bersamaan.
Peredaran uang
 Ilustrasi. Peredaran uang di tengah masyarakat juga menjadi salah satu faktor penyebab inflasi. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Banyaknya peredaran uang di masyarakat berimbas pada kenaikan harga barang. Hal ini disebabkan karena pasokan barang yang beredar di pasaran dalam keadaan stagnan, sementara uang yang beredar di masyarakat jumlahnya lebih banyak.
Faktor lain yang bisa menjadi penyebab pemicu adalah situasi politik dalam negeri, komoditas impor, dan kenaikan harga minyak mentah dunia.
Simak mengenai inflasi selengkapnya di halaman berikutnya...
Jenis Inflasi
Secara teoritis, inflasi terbagi dalam berbagai tingkat-tingkat tertentu. Berikut ulasannya.
Berdasarkan Tingkat Keparahan
Menurut tingkat keparahannya, inflasi terbagi dalam tiga jenis, berikut di antaranya.
Inflasi ringan
Inflasi ringan tidak terlalu berdampak besar hingga mengganggu roda perekonomian. Harga juga masih naik dalam batas wajar. Biasanya, inflasi ini naik hanya 10 persen setiap tahunnya.
Inflasi sedang
Inflasi pada tingkat ini mulai mengkhawatirkan dan mengancam roda perekonomian. Tidak hanya produsen, masyarakat berpenghasilan tetap juga terancam. Inflasi sedang terjadi dengan kisaran 30 persen setiap tahunnya.
Inflasi berat
 Ilustrasi. Ada beberapa jenis inflasi yang dibagi berdasarkan sejumlah kategori. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/ss/pd/15) |
Inflasi berat adalah masalah serius. Inflasi ini mengacaukan roda perekonomian, contoh nyatanya adalah krisis moneter 1998. Tingkat persentasenya mencapai 100 persen.
Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifat, inflasi terbagi dalam tiga kategori, berikut di antaranya.
Inflasi merayap (creeping inflation)
Sifat dari inflasi merayap berupa laju inflasi yang rendah dimana kenaikan harga berjalan lambat dalam persentase kecil dan dalam jangka waktu yang lama.
Inflasi menengah (galloping inflation)
Laju pada inflasi menengah ditandai dengan kenaikan harga yang cukup fluktuatif dan berubah-ubah setiap minggu bahkan bulan. Ketidakpastian ini membuat perekonomian menjadi berat.
Inflasi tinggi (hyperinflation)
Inflasi tinggi membahayakan perekonomian. Pada kasus ini, masyarakat kemungkinan besar akan berpotensi menarik tabungannya dari bank.
Perputaran uang menjadi sangat cepat, sementara harga barang naik secara fleksibel. Hal ini bisa terjadi jika pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
Berdasarkan Asal
Berdasarkan asalnya, inflasi terbagi dalam dua kategori, berikut diantaranya.
Inflasi dalam negeri
Inflasi ini terjadi akibat defisit anggaran belanja, situasi politik, dan lain sebagainya. Defisit anggaran kemungkinan besar akan membuat pemerintah mencetak uang guna memenuhi kebutuhan.
Inflasi luar negeri
 Ilustrasi. Sejumlah jenis inflasi memiliki pengertiannya masing-masing. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA) |
Inflasi ini terjadi akibat naiknya harga barang impor. Biasanya, akibat produsen dalam negeri yang menggunakan bahan baku atau alat-alat dari luar negeri, sementara situasi luar negeri terhambat karena adanya regulasi perdagangan internasional.
Dampak Inflasi
Terjadinya inflasi memberikan dampak besar bagi masyarakat, baik sebagai konsumen maupun produsen. Inflasi juga memberikan dampak pada negara. Berikut dampak inflasi menurut Bank Indonesia.
1. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat terus menurun sehingga berdampak pada standar hidup masyarakat dan menjadikan semua orang, terutama kelompok menengah ke bawah, semakin tidak mampu.
2. Inflasi yang tidak stabil menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil menyulitkan masyarakat saat akan berinvestasi, produksi, dan konsumsi. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi menurun.
3. Inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding inflasi negara lain memicu terjadinya tekanan pada nilai rupiah.