HUT RI KE-76

Merdeka 76 Tahun Tapi 'Jungkir Balik' Cari Kerja

Ulfa Arieza | CNN Indonesia
Jumat, 13 Agu 2021 10:05 WIB
Jelang kemerdekaan RI, jutaan angkatan kerja harus 'jungkir balik' mencari kerja karena pandemi corona telah 'menghapus' pekerjaan mereka. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Panggung megah, gemerlap sorot lampu, dan riuh tepuk tangan penonton tak lagi dirasakan Andes (30 tahun). Gerakan penuh energi dan semangat yang selalu mewarnai hidup pekerja seni itu kini menghilang.

Pasalnya, pandemi corona yang telah menyebar luas di dunia dan juga Indonesia selama beberapa bulan belakangan ini  turut berdampak pula pada mata pencariannya. Andes harus putar haluan supaya periuk nasinya tetap bisa terisi. Bila dulu tampil di panggung, kini menantang matahari mengirim paket hingga mengurus kolam ikan di sawah.

"Pastinya sangat ingin tampil lagi, nerima job secara normal, supaya kebutuhan sehari-hari terpenuhi lagi," tuturnya kepada CNNIndonesia.com belum lama ini.

Andes merupakan salah satu penari tradisional di Sanggar Bale Seni Ciwasiat, Pandeglang, Banten. Sejak bergabung pada 2009, ia telah melanglang buana memperkenalkan kesenian Indonesia ke Belanda, Australia, dan Malaysia.

Dalam setahun, ia bersama sekitar 30 rekan di Bale Seni Ciwasiat bisa tampil bergiliran kurang lebih 70 kali. Para pekerja seni itu memeriahkan berbagai acara mulai dari upacara adat, hajatan, hingga tampil di layar TV nasional.

"Setahun, bisa dicatat kurang lebih 70 kali pentas, ada yang sehari dua, sehari tiga. Kalau puasa lebih ramai, bisa tampil di mal, di TV, mengisi konser-konser begitu," katanya.

Tetapi, keadaannya berubah 360 derajat ketika pandemi melanda. Pembatasan sosial membuat pekerja seni seperti Andes kehilangan pekerjaan lantaran pemerintah melarang keramaian publik demi menekan penularan virus.

Tak pelak, tidak ada pundi-pundi penghasilan masuk ke kantongnya. Padahal, sebelum pandemi ia bisa mengantongi Rp200 ribu hingga Rp250 ribu sekali tampil mengisi acara. Dalam sebulan ia bisa tampil delapan sampai sepuluh kali.

"Sekarang, sebulan paling cuma sekali, dua kali, itu juga pemainnya enggak full," tuturnya.

Demi bertahan, Andes pun menjadi kurir paket. Ia mengantarkan baju dari bisnis rintisan kawannya di Pandeglang ke Serang, dan sebaliknya. Meski hasilnya tidak sebanding dengan perjalanan satu jam yang harus ditempuh, namun ia mengaku bersyukur masih ada rezeki.

Satu kali pengantaran, ia bisa mengantongi Rp120 ribu-Rp150 ribu.

"Seminggu kadang dua kali, kadang tiga kali. Lumayan buat sehari-hari, ada buat jajan, buat makan, apa aja sebenarnya. Freelance begitulah," ujarnya.

Tak berhenti sebagai kurir, Andes mencoba semua peluang yang ada. Setelah PPKM darurat, ia mulai usaha budi daya ikan konsumsi dengan tiga orang teman pekerja seni yang juga kehilangan sumber nafkahnya.

Ia menyadari tidak selamanya bisa bergantung pada penghasilan kurir baju. Sebab, penjualan baju pun tidak menentu di tengah pandemi.

"Setelah PPKM darurat bingung enggak ngapa-ngapain, ya sudah usaha pelihara ikan konsumsi. Modalnya, dari tabungan sedikit ada sekitar Rp1,5 juta," ujarnya.

Mereka menyewa lahan di area sawah, sehingga sistem pendapatannya bagi hasil dengan pemilik lahan. Maklum, mereka belum memiliki kecukupan modal untuk membeli tanah.

Dengan modal yang dimiliki, mereka telah membudidayakan 1.500 benih ikan nila dan 2.000-3.000 benih ikan mas. Harapannya, mereka bisa panen 4 bulan-5 bulan mendatang.

"Sambil nunggu ada job, ya itu sampingannya pelihara ikan. Mudah-mudahan kalau dilonggarkan (PPKM level 4) ada saja kerjaan," katanya.

Setali tiga uang dengan Andes, pengalaman yang serupa pun dialami oleh Bianca (bukan nama sebenarnya). Jika Andes merupakan pekerja seni, Bianca merupakan pekerja kantoran di sebuah startup di ibu kota.

Sayangnya, pandemi merenggut pekerjaan Bianca satu-satunya. Juni lalu, sebuah email masuk ke inbox-nya. Ia menyangka email tersebut merupakan undangan meeting rutin. Namun, harapannya pupus ketika membaca isi email tersebut.

"Bakal ada restrukturisasi perusahaan karena kondisi keuangan lagi tidak bagus. Jadi harus ada yang di PHK," ujarnya kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Dia tak menyangka setelah 1,5 tahun pandemi akhirnya giliran kantornya yang terkena imbas. Pasalnya, sejak awal tidak ada informasi sama sekali soal masalah keuangan di kantor. 

"Dibilangnya baik-baik aja. Ternyata di tim lain kerjaan semakin sedikit karena klien semakin berkurang," kisahnya.

Perusahaan rintisan dengan kisaran karyawan 70 orang tersebut terpaksa melepas 12 karyawannya. Bianca sempat merasa bingung karena tidak ada penjelasan lebih lanjut terkait alasan mengapa dirinya yang harus terkena PHK. 

"Kesel. Tapi ya sudahlah mau gimana lagi," paparnya. 

Sejak kena PHK, Bianca kini hanya bisa pasrah dan terus mencari kerja demi mengisi pundi-pundi keuangannya. Ia pun sadar mencari pekerjaan di tengah pandemi ini akan menjadi tantangan tersendiri karena harus bersaing dengan ribuan orang lainnya yang bernasib sama dengannya.



Jumlah Pengangguran Naik


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :