Senada, Director Cushman & Wakefield Arief Rahardjo mengatakan prospek penjualan rumah hingga beberapa tahun ke depan cukup bagus. Hal ini karena masih banyak masyarakat yang membutuhkan rumah.
Menurut Arief, pasar terbesar perumahan adalah kelas menengah dan menengah bawah. Untuk harganya di bawah Rp1,5 miliar.
"Kebutuhan rumah bukan hanya yang baru menikah untuk membeli rumah pertama, tetapi juga keluarga yang ingin membeli rumah yang lebih besar karena jumlah anggota keluarga bertambah," papar Arief.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Kiat Siapkan Dana untuk Beli Hunian TOD bagi Milenial |
Situasi ini, sambung Arief, khususnya untuk perumahan non subsidi yang berada di area Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek).
Namun, Arif tak menyebut rinci berapa proyeksi pertumbuhan penjualan rumah tahun ini. Ia berharap pemerintah memperpanjang insentif PPN agar penjualan rumah tetap masif sampai tahun depan.
"Harapannya insentif misalnya PPN bisa diperpanjang untuk mendukung penjualan stok unit yang bisa di-handover akhir tahun" ujar Arief.
Sependapat dengan Arief, Director Research Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus menilai prospek penjualan rumah akan cerah meski pandemi covid-19 masih merebak di Indonesia. Pasalnya, rata-rata kebutuhan hunian mencapai 100-200 ribu unit per tahun.
Lihat Juga : |
"Dari permintaan itu tidak semua bisa terpenuhi. Dalam hitungan kami maksimal pasokan hanya 50 ribu hunian, jadi permintaan untuk hunian tetap ada," kata Anton.
Namun, bukan berarti sektor properti tidak butuh insentif. Ia menyebut pertumbuhan penjualan rumah tetap akan bergantung pada kebijakan pemerintah dan bank sentral.
Anton mengatakan daya beli masyarakat masih lemah di tengah pandemi covid-19. Untuk itu, ia mengusulkan agar seluruh insentif sektor properti diperpanjang hingga pandemi berakhir.
Selain itu, pemerintah harus berupaya keras menyelesaikan masalah pandemi covid-19. Jika pandemi berakhir, maka kegiatan ekonomi bisa kembali pulih seperti semula.
Dengan demikian, daya beli masyarakat kembali meningkat. Penjualan properti pun akan terkena imbas positif.
"Jadi diperlukan ekonomi yang stabil, regulasi yang mendukung, baik untuk pengembang dan konsumen," terang Anton.
Pengembang, kata Anton, juga harus bijaksana dalam menentukan harga jual. Jangan sampai, pengembang seenaknya menaikkan harga ke konsumen.
"Jangan sedikit-sedikit menaikkan harga. Ya kalau menaikkan harga, ada perhitungan lah supaya semua bisa beli rumah. Kalau semua beli rumah kan yang untung pengembang juga," tutup Anton.
(aud/age)