Usai mengatur prioritas asuransi, maka selanjutnya adalah menyesuaikan dengan bujet. Khususnya, penghasilan atau gaji yang didapat setiap bulan karena premi asuransi akan menjadi pengeluaran rutin per bulan ketika sudah dibeli.
Bagaimana formula bujet yang ideal? Budi mengatakan umumnya seseorang melakukan pengeluaran dengan formula 40 persen, 30 persen, 20 persen, dan 10 persen. Pertama, 40 persen untuk pengeluaran sehari-hari, seperti kebutuhan makan hingga perlengkapan rumah sehari-hari.
Kedua, 30 persen untuk membayar utang produktif, misalnya cicilan rumah melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan cicilan kredit kendaraan. Ketiga, 20 persen untuk investasi. Keempat, 10 persen untuk proteksi, bisa untuk dana darurat hingga beli asuransi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misal, seseorang berpenghasilan Rp6 juta per bulan, maka bujet pengeluaran sehari-hari maksimal sekitar Rp2,4 juta. Lalu, biaya untuk cicilan kredit berkisar Rp1,8 juta dan dana untuk investasi sekitar Rp1,2 juta.
Nah, sisanya bisa untuk dana darurat dan membeli asuransi sekitar Rp600 ribu per bulan. Maka carilah asuransi dengan premi di bawah Rp600 ribu per bulan.
"Tapi ini bisa di-switch sesuai kebutuhan pengeluaran karena ini bukan sebuah pakem, meski bisa menjadi formula ideal. Semua tergantung tujuan berasuransinya, kalau memang kebutuhannya dirasa lebih besar dan perlu lebih dari 10 persen, maka bisa disesuaikan dengan pengeluaran di pos lain," jelas Budi.
Misal, seseorang merasa perlu memiliki asuransi kesehatan dan asuransi jiwa dengan bujet premi mencapai Rp1 juta per bulan. Sementara, penghasilannya Rp6 juta per bulan.
Maka pos yang perlu disesuaikan adalah pengeluaran sehari-hari dan investasi. Sebab, pos cicilan kredit biasanya cukup 'saklek' dari bank di kisaran 30 persen dari gaji.
Dengan begitu, utak-atiklah dua pos pengeluaran, bisa dengan berhemat maupun sedikit mengurangi aliran investasi atau memilih kembali instrumen investasi.
Formula lain, misal bila pengeluaran dan cicilan kredit cukup besar pada saat ini, maka formulanya bisa diracik lagi. Misalnya, dengan cara menggabungkan pos pengeluaran investasi dengan proteksi melalui unit link, yakni produk asuransi yang tak hanya berisi manfaat proteksi, tapi juga investasi.
"Kelebihannya pengeluaran jadi bisa digabung, namun ada kekurangannya juga dari sisi biaya, karena kadang preminya jadi lebih besar dan kita tidak bisa mengatur sendiri penempatan dana untuk investasinya. Maka, harus bisa menilai kemampuan perusahaan asuransi yang mengelola dana asuransi kita," tuturnya.
Langkah ini juga diamini oleh Andy jika memiliki gaji yang terbatas. Tapi ia mewanti-wanti agar pemilihan produk unit link dilakukan dengan hati-hati dan tetap disesuaikan dengan profil risiko seseorang.
Di luar formula bujet ini, Andy juga memastikan agar pengeluaran asuransi sangat disesuaikan dengan penghasilan dan pengeluaran per bulan.
"Jangan sampai demi bisa mendapat benefit asuransi yang tinggi, kita mengabaikan kebutuhan-kebutuhan lain yang juga penting, misal membayar cicilan kredit rumah, kendaraan bermotor, atau kebutuhan makan sehari-hari," tandasnya.