Pilihan Saham Kinclong Jelang Akhir November
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 83,794 poin atau 1,26 persen ke 6.720 pada akhir perdagangan Jumat (19/11) pekan lalu. Investor asing mencatatkan jual bersih atau net sell senilai Rp141,99 miliar.
Pekan lalu, indeks berhasil menembus rekor tertingginya sepanjang sejarah. CEO Arah Mandiri Investasi Mandiri Hendra Martono Liem mengatakan penguatan IHSG ditopang oleh sentimen dalam dan luar negeri.
"Kalo kita lihat karena bursa efek di Amerika Serikat baru saja naik, jadi imbasnya ke kita juga," kata Hendra kepada CNNIndonesia.com, Jumat (19/11).
Lihat Juga : |
Sementara itu dari dalam negeri, ia menambahkan laporan keuangan sejumlah emiten yang baik juga memberikan angin segar pada indeks.
Dikutip dari situs IDX, Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia Valentina Simon mengatakan pekan lalu indeks ditutup pada zona hijau. Kenaikan rata-rata volume transaksi harian sebanyak 1,78 persen dari 26,51 miliar saham menjadi 26,04 miliar saham.
Rata-rata nilai transaksi harian bursa juga naik hingga 12,67 persen dari Rp11,76 triliun menjadi Rp13,25 triliun. IHSG selama sepekan juga naik 1,05 persen dan menduduki posisi 6.651 dari 6.6720. Sementara investor asing juga membukukan jual bersih sepanjang 2021 sebesar Rp38,35 triliun.
Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan indeks masih berpeluang untuk melanjutkan penguatannya meskipun akan ada koreksi wajar pada IHSG.
"Untuk rentang pergerakannya kami perkirakan berada pada 6.667 hingga 6.735, dengan level support di 6.621 dan resistance di 6.750," kata Herditya.
Menurutnya, rekor catatan tertinggi yang pernah diraih indeks (all time high) bisa saja terulang kembali pada pekan ini. Namun ia tidak dapat memastikan di posisi berapa indeks akan kembali menembus rekornya.
Ia pun menegaskan selama indeks masih belum menyentuh posisi support di 6.550 bahkan 6.480, maka IHSG akan tetap berpeluang untuk menguat dan menguji resistance nya.
Sejumlah sentimen menjadi sorotan Herditya. Dari dalam negeri, kekhawatiran investor atas kenaikan kasus positif covid-19 di Indonesia akan menjadi sentimen negatif dalam sepekan ke depan.
"Kasusnya memang masih rendah meskipun naik ya, namun demikian ada ancaman di akhir tahun dan hal ini juga sudah diantisipasi oleh pemerintah dengan adanya PPKM Level 3," ujarnya.
Kemudian, suku bunga Bank Indonesia yang ditahan pada posisi 3,5 persen pada November ia perkirakan tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.
Sentimen dari luar negeri datang dari bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) yang kemungkinan akan menaikkan suku bunganya, meskipun diproyeksikan akan terjadi pada tahun depan.
Selanjutnya, inflasi Amerika Serikat yang menembus 6 persen dan menjadi yang tertinggi sepanjang 30 tahun dapat menjadi ancaman bagi pertumbuhan indeks.
"Nampaknya dengan tingginya inflasi akan meningkatkan kewaspadaan investor dan dapat menjadi faktor penghambat laju indeks dari sisi eksternal," ungkapnya.
Sementara itu, menurut pantauan CNNIndonesia.com, sepanjang November IHSG sudah mencatatkan kenaikan hingga 9 kali dan penurunan 6 kali. Herditya menilai catatan seperti ini cenderung menunjukkan indeks mengalami window dressing.
Dalam sepekan ke depan, Herditya merekomendasikan beberapa saham untuk dikoleksi, seperti PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) dengan target price sebesar 310 hingga 320. Kini DOID berada di posisi 296 dan ia memperkirakan posisi support di level 288 dan resistance 300.
Kemudian PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) dengan target price sebesar 1.240 hingga 1.300. Pekan lalu, SSMS ditutup menguat di 1.200.
Kini ia memperkirakan emiten perkebunan ini akan berada di posisi support 1.170 dan resistance 1.230.
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) ditutup melemah pada posisi 92. Kini ia menargetkan PNBS berada di posisi 112 hingga 127 dengan support di 86 dan resistance 102.