ANALISIS

PPKM Level 3 Batal, Siap-Siap Ekonomi 'Roller Coaster'

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Rabu, 08 Des 2021 07:01 WIB
Pengamat menilai pembatalan PPKM level 3 saat nataru berisiko menekan laju pertumbuhan ekonomi apabila jumlah kasus covid-19 kembali melonjak.
Pengamat menilai pembatalan PPKM level 3 saat nataru berisiko menekan laju pertumbuhan ekonomi apabila jumlah kasus covid-19 kembali melonjak. Ilustrasi. (CNN Indonesia/ Adi Ibrahim).

Kalau sampai kasus melonjak pasca libur nataru dan pemerintah kembali menerapkan PPKM darurat, Bhima memprediksi konsumsi rumah tangga minus 2 persen pada kuartal I 2022. Kalau konsumsi minus, otomatis pertumbuhan ekonomi juga akan kembali terkontraksi.

"(Pertumbuhan ekonomi) bisa terkontraksi 0,5 persen sampai 1,5 persen (kuartal I 2021)," jelas Bhima.

Tak hanya itu, pemerintah juga harus siap-siap menambah bantuan sosial (bansos) jika PPKM kembali diperketat. Alhasil, belanja negara akan membengkak dan defisit berpotensi kian melebar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasti dibutuhkan stimulus yang sama besarnya (pada 2022) dengan alokasi 2021," ucap Bhima.

Sebagai catatan, pemerintah mengalokasikan dana untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp744,77 triliun pada 2021. Sementara, anggaran PEN tahun depan turun menjadi Rp414 triliun.

Naik Roller Coaster

Sementara Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda berpendapat pembatalan penerapan PPKM level 3 lebih banyak mudaratnya ketimbang faedahnya.

Ekonomi memang bisa dipastikan melejit pada kuartal IV 2021 karena pembatalan penerapan PPKM level 3 di seluruh wilayah. Tapi, langsung amblas pada awal 2022 lantaran kasus covid-19 berpotensi naik pasca libur nataru.

"Jadi ketika kegiatan ekonomi di-pool-kan akhir tahun ini, ekonomi naik namun potensi kasus melonjak juga akan naik. Ketika kegiatan ekonomi direm pada akhir tahun ini, ekonomi akan jauh lebih stabil," papar Nailul.

Ia pun mengibaratkan Jokowi seperti ingin naik wahana roller coaster karena ekonomi akan naik turun pada awal 2022 nanti.

"Ini Presiden (Jokowi) ingin naik roller coaster kayaknya," imbuh Nailul.

Menurut Nailul, pemerintah mengincar kenaikan konsumsi rumah tangga pada akhir tahun. Maklum, biasanya perusahaan memberikan bonus pada akhir tahun, sehingga karyawan punya anggaran lebih untuk berbelanja.

"Namun, menurut saya ada ongkosnya, kuartal I 2022 bisa melambat lagi jika terjadi lonjakan kasus. Jika ada pembatasan akhir tahun ini permintaan memang akan melambat, namun tahun depan bisa didorong lagi," tegas Nailul.

Berdasarkan prediksinya, ekonomi bisa minus 0,1 persen sampai minus 0,3 persen pada kuartal I 2022. Kontraksinya cukup terbatas karena basis produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I 2021 juga rendah.

"Tidak dalam sih pasti karena kuartal I 2021 ekonomi Indonesia juga minus," ujar Nailul.

Meski potensi kontraksi ekonomi masih tipis, tetap saja pemerintah kudu waspada. Terlebih, ekonomi Indonesia sudah mulai pulih saat ini.

Jadi, sayang rasanya kalau ekonomi harus kembali negatif karena kecerobohan pemerintah sendiri dalam menangani pandemi covid-19 di dalam negeri.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia kembali tumbuh positif sejak kuartal II 2021. Sebelumnya, ekonomi Indonesia terkontraksi hingga jatuh ke jurang resesi karena dampak covid-19.

Rinciannya, ekonomi Indonesia mulai minus pada kuartal II 2020 lalu sebesar 5,32 persen. Kemudian, ekonomi kembali minus 3,49 persen pada kuartal III 2020, minus 2,19 persen pada kuartal IV 2020, dan minus 0,71 persen pada kuartal I 2021.

Pada kuartal II 2021, ekonomi Indonesia berbalik arah positif dengan mencatatkan pertumbuhan 7,07 persen. Pertumbuhan berlanjut hingga kuartal III 2021, tetapi angkanya melambat hanya 3,51 persen.

Melihat situasi ini, Nailul menyayangkan keputusan pemerintah yang ingin jor-joran mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat dan ekonomi pada kuartal IV 2021. Andai tetap pada rencana awal, yakni menerapkan PPKM level 3 di seluruh wilayah, maka dampaknya bagi ekonomi dan sektor kesehatan akan lebih stabil.

"Jika tidak ingin berdampak pada kasus covid-19, berlakukan PPKM level 3 atau bahkan 4 pada liburan akhir tahun," tutup Nailul.



(sfr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER