Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Riska Afriani memproyeksikan selama sepekan ke depan, IHSG bergerak di rentang support 5.891 dan resistance 7.110.
Menurut Riska, sentimen global yang akan mempengaruhi pergerakan indeks adalah kekhawatiran investor akan kemungkinan bank sentral AS alias the Fed menaikkan suku bunga dengan lebih agresif.
"Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan memperlambat pertumbuhan ekonomi global, sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap IHSG," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, harga komoditas, seperti emas, minyak, gas, CPO, termasuk gandum akan menyita perhatian pelaku pasar seiring dengan konflik antara Rusia dan Ukraina yang mempengaruhi permintaan global dan ketidakpastian pasokan.
"Konflik kedua negara tersebut turut memperparah kondisi beberapa negara yang belum sepenuhnya pulih dari tekanan akibat pandemi covid-19," kata Riska.
Terkait sentimen dalam negeri, ia menilai mobilitas masyarakat yang sudah kembali membaik dan kondisi domestik yang kuat didukung oleh neraca perdagangan positif membuat Indonesia lebih mampu menghadapi risiko eksternal.
Bila dikombinasikan dengan keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan, ia memprediksi akan menjadi sentimen positif untuk IHSG, terutama bagi perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, konsumer primer dan otomotif, dan properti.
"Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan diharapkan bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga membuat IHSG tetap kuat ditengah ketegangan geopolitik dan potensi kenaikan suku bunga The Fed kembali," ungkap Riska.
Dalam keadaan seperti itu, ia mengatakan investor berpeluang melakukan akumulasi beli saham. Ia menyarankan investor agar memperhatikan pertumbuhan laba bersih, rasio pembagian dividen dan proyeksi pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang
Sejumlah saham yang direkomendasikan untuk dikoleksi, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI yang ditutup menguat 0,70 persen ke posisi 4.340 pada pekan lalu.
Kemudian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk tau BBNI, meskipun ditutup stagnan pada posisi 8.150 di pekan sebelumnya.
Lalu, ia juga merekomendasikan emiten sektor otomotif Astra Otoparts Tbk atau AUTO yang ditutup stagnan di posisi 1.185 dan emiten sektor properti PT Pakuwon Jati Tbk atau PWON yang ditutup melemah 0,40 persen ke posisi 496.
Untuk sektor barang konsumer primer, Riska merekomendasikan PT Indofood Sukses Makmur Tbk atau INDF yang ditutup melemah 0,70 persen ke posisi 7.075.
Terakhir, PT Unilever Indonesia Tbk atau UNVR yang ditutup menguat 0,60 persen ke posisi 4.990.