Lebih lanjut Andy mengatakan masyarakat harus menghitung ulang kembali berapa total cicilan yang masih berjalan dalam jangka panjang, khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Sebab, jika BI menaikkan suku bunga acuan, otomatis bunga kredit juga semakin tinggi. Bagi nasabah KPR yang sudah memasuki masa floating tentu akan ketar-ketir.
Jadi, masyarakat bisa menghitung berapa cicilan per bulan dan rincian suku bunga yang ditetapkan perbankan di masa floating. Pasalnya, bunga floating akan berubah secara berkala.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau bunga tinggi, alternatifnya bisa pindah bank KPR. Beberapa bank pasti ada promo. Itu bisa tapi repot, tapi silakan saja," kata Andy.
Opsi lain, masyarakat bisa melakukan negosiasi dengan pihak bank dan meminta keringanan. Dengan demikian, beban bulanan bisa lebih ringan.
"Negosiasi dengan pihak bank bahwa mungkin ada kendala apa, itu bisa," imbuh Andy.
Lihat Juga : |
Andy mengingatkan masyarakat untuk mengurangi pengeluaran konsumtif. Salah satunya jajan.
"Jajan bisa ditunda dulu untuk menambah alokasi dana darurat," ucap Andy.
Andy mengatakan masyarakat juga bisa mengurangi alokasi untuk jalan-jalan. Lagi-lagi, lebih baik dana itu dialihkan ke pos dana darurat.
"Daripada digunakan untuk piknik, travelling, tapi tiba-tiba ada krisis maka akan sayang sekali. Ngerem lagi lah konsumsi bahan-bahan yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan," jelas Andy.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Kiat Hindari Buntung Akibat Robot Trading |
Ekonomi global dan domestik memang sedang 'batuk pilek', tapi bukan berarti tak boleh berinvestasi dan hanya bisa menaruh uang di bawah bantal.
Menurut Andy, masyarakat hanya perlu lebih rajin memantau pergerakan portofolio investasi yang dimiliki. Jika memang turun terus hingga melewati batas yang ditentukan, maka sebaiknya dialihkan ke instrumen berisiko rendah. "Misalnya deposito, obligasi. Tapi saya memilih obligasi karena bunga lebih besar daripada deposito," tutur Andy.
Di sisi lain, Budi mengatakan masyarakat bisa memanfaatkan tren pelemahan sejumlah investasi, seperti saham. Ketika harga saham turun, masyarakat justru punya kesempatan untuk membeli dengan harga murah.
"Bisa ambil peluang-peluang itu. Tak perlu harus sekaligus belinya, tapi cari momentum secara berkala," terang Budi.
Namun, ia mengingatkan masyarakat jangan asal dalam berinvestasi. Masyarakat juga harus mengecek bagaimana fundamental dari masing-masing instrumen investasi.
Budi mengatakan masyarakat bisa mencari tambahan pemasukan di tengah lonjakan harga sejumlah barang dan ancaman kenaikan bunga acuan BI.
Terlebih, jika gaji semakin mepet tetapi pengeluaran tak bisa ditekan banyak. Hal ini, kata Budi, biasanya terjadi pada mereka yang sudah berkeluarga.
Maklum, pengeluaran masyarakat yang sudah menikah tentu jauh lebih besar dibandingkan mereka yang masih sendiri alias single.
"Ada tanggungan anak, anak harus sekolah, mungkin juga ada tanggungan orang tua," katanya.
Jadi, ketika pengeluaran sudah tak bisa ditekan atau hanya dapat dikurangi sedikit, mau tak mau harus mencari tambahan penghasilan.
"Kalau pengeluaran sudah sangat sederhana tapi masih mepet karena harga-harga naik, kalau itu situasinya bukan lagi harus menurunkan pengeluaran, tapi tambah pemasukan," pungkas Budi.