Ketua Koperasi Pedagang PIBC Sebut Harga Beras Mulai Turun di Cipinang
Ketua Koperasi Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Zulkifli Rasyid, menyampaikan bahwa harga beras di Cipinang mulai menunjukkan penurunan. Kondisi ini dinilai sebagai tanda perbaikan pasokan setelah sempat terjadi kenaikan harga di sejumlah wilayah.
“Alhamdulillah, di Pasar Induk Cipinang kelihatannya sudah mulai kondusif, harga sudah mulai merangkak turun. Mudah-mudahan dapat terus membaik ke depan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (18/8).
Dia menilai, kelangkaan beras di ritel modern justru memberi dampak positif bagi pedagang di Cipinang. Aktivitas jual beli di pasar induk menjadi lebih ramai, meski situasi beras nasional tetap harus dilihat secara menyeluruh, dari sisi produksi hingga distribusi.
Zulkifli juga mendukung langkah pemerintah yang terus mendorong peningkatan produksi padi dan menata tata niaga beras.
Dirinya menilai kebijakan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, yang memperkuat sinergi petani, penggilingan padi, Bulog, dan pedagang pasar, merupakan strategi penting untuk menjaga kestabilan harga sekaligus melindungi konsumen.
Ia pun menegaskan bahwa kemandirian pangan adalah wujud nyata dari kemerdekaan yang harus dijaga bersama. Karena itu, ia berharap tren penurunan harga beras di Cipinang terus berlanjut sejalan dengan langkah strategis pemerintah di sektor pertanian.
“Harapan kita itu saja, mudah-mudahan ke depan lebih cerah dan bergairah kembali, termasuk pasar dan harga beras bisa pulih kembali,” tutur Zulkifli.
Tren Harga Beras
Sejalan dengan kondisi di Cipinang, tren penurunan harga beras juga terpantau di berbagai daerah. Berdasarkan pemantauan Perum Bulog pada Jumat (15/8), harga beras premium dan medium di sejumlah provinsi mengalami penurunan, bahkan sudah sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Direktur Utama Perum BULOG, Mayjen TNI Ahmad Rizal Ramdhani, menyebut tren ini merupakan hasil dari penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sejak awal Juli 2025.
“Hasil pemantauan di lapangan menunjukkan bahwa strategi penyaluran SPHP berhasil menekan harga dan menjaga ketersediaan beras di pasaran. Ini membuktikan bahwa intervensi pasar yang kita lakukan berjalan efektif,” papar dia.
Dari hasil pengecekan, untuk beras premium di ritel modern, 12 provinsi telah sesuai HET dan 12 provinsi lainnya mengalami penurunan harga. Di pasar tradisional, 6 provinsi telah sesuai HET dan 13 provinsi mengalami penurunan harga.
Untuk beras medium, di ritel modern terdapat 5 provinsi yang sudah sesuai HET dan 7 provinsi mengalami penurunan harga. Sementara itu, di pasar tradisional 6 provinsi sesuai HET dan 17 provinsi mengalami penurunan harga.
Bulog menargetkan penyaluran stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebanyak 1,3 juta ton untuk periode Juli–Desember 2025. Penyaluran dilakukan melalui jaringan distribusi ritel modern, pasar tradisional, hingga mitra penyalur di daerah.
Sesuai arahan Mentan, penyaluran SPHP akan diprioritaskan di wilayah yang masih mengalami kenaikan harga signifikan. Sementara di daerah yang sedang panen, penyaluran akan dikurangi atau dihentikan guna menjaga harga di tingkat petani.
(rir)