Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah penemuan baru di bidang penerbangan telah hadir. Temuan ini dikabarkan sangat membantu orang-orang yang sering melakukan perjalanan udara.
Disebut pula sebagai ide jenius mengatasi kelelahan perjalanan jarak jauh dengan pesawat. Penemuan ini dikatakan sebagai metode ekstrem bagi penumpang yang terganggu karena ruang kaki sempit di pesawat.
Sebuah usulan untuk pesawat Airbus dicoba pada penerbangan virtual. Tutup kepala yang memakai isolasi sensorik dapat mengontrol pemandangan, suara, bahkan bau yang dirasakan oleh wisatawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun kepala mereka terjebak di dalam helm tanpa celah, tapi penumpang bisa merasakan kepala mereka digerakkan.
Seperti dilaporkan oleh situs CNN, produsen pesawat Eropa telah mengajukan hak paten atas helm tersebut.
Bernard Guering si penemu helm mengatakan, helm tersebut membantu penumpang menghilangkan kebosanan, mengurangi stres, dan mencegah cedera melalui sistem <i>mini-airbag</i> pada helm yang didesain mencegah goncangan saat terjadi turbulensi.
"Selama penerbangan pesawat, penumpang tertentu kadang merasa bosan, baik selama fase menunggu sebelum lepas landas, selama terbang, atau selama fase mendarat," kata penemu Guering yang berasal dari Prancis tersebut.
"Kita tahu bahwa penerbangan dapat membuat penumpang tertentu stres."
<i>Zat beraroma yang disemprotkan</i>
Produk yang dipantenkan tersebut menempatkan penumpang di isolasi sensorik total dengan membawa audio dan video langsung ke mata dan telinga para penumpang, dan menyemprotkan ‘zat beraroma’ ke hidung mereka.
Isolasi dalam helm memungkinkan penumpang mendapat keuntungan dari gangguan di pesawat. Jika penumpang sensitif terhadap stres, isolasi ini membantu mereka dengan kegiatan rileks seperti mendengar musik dan menonton film.
Desain paten mengusulkan untuk menyemprotkan zat beraroma pada hidung penumpang agar mereka terisolasi dari bau kabin pesawat.
Helm dirancang untuk dimasukkan ke dalam sandaran kepala. Benda ini menampilkan kontrol jarak jauh dan teknologi yang memproyeksikan papan tuts virtual di meja lipat.
Hal tersebut memungkinkan penumpang menuntaskan email secara langsung setelah mereka menghabiskan sisa makanan saat penerbangan.
Tapi temuan ini masih harus dipantau kembali. Apakah isolasi sensorik benar-benar dapat meningkatkan pengalaman dalam penerbangan.