Hidungmu Sanggup Ramalkan Kematian

CNN Indonesia
Kamis, 02 Okt 2014 16:03 WIB
Dewasa ini, penelitian terbaru menemukan bahwa hilangnya daya penciuman merupakan tanda bahwa kematian sudah dekat.
Ilustrasi (Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sampai dengan 1987, perusahan tambang batu bara memelihara burung kenari sebagai penanda adanya gas berbahaya. Daya penciuman burung kenari dikenal lebih sensitif dibandingkan manusia. 

Mereka akan langsung merasa tertekan begitu ada gas yang berpotensi berbahaya bagi manusia. Dengan adanya burung kenari, para pekerja tambang dapat punya cukup waktu untuk menyelamatkan diri.

Dewasa ini, penelitian terbaru menemukan bahwa hilangnya daya penciuman merupakan tanda bahwa kematian sudah dekat. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di PLOS ONE, hilangnya daya penciuman merupakan pertanda akan terjadinya kematian dalam waktu lima tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian ini melibatkan 3 ribu partisipan yang berusia 57 sampai 85 tahun. Pada 2005-2006, Jayant Pinto dan koleganya dari University of Chicago mengetes indra penciuman para patisipan terhadap lima bau dasar, yaitu mawar, kulit, ikan, jeruk, dan peppermint.

Mereka lalu menilai kemampuan penciuman para partisipan. Lima tahun kemudian, peneliti mengetes kembali daya penciuman para partisipan. Adapun, jarak waktu antara tes pertama dan tes kedua adalah lima tahun.

Selama lima tahun, 430 partisipan (atau 12,5 persen dari jumlah keseluruhan) telah meninggal. Seperti dilaporkan situs The Guardian dari 430 orang tersebut, sebanyak 39 persen partisipan yang gagal pada tes pertama meninggal sebelum tes kedua diadakan.

Sementara, 19 persen partisipan punya daya penciuman yang sedang-sedang saja, dan 10 persen punya daya penciuman yang sehat.

Dengan kata lain, partisipan yang gagal pada tes pertama punya kemungkinan empat kali lebih besar untuk meninggal dalam jangka waktu lima tahun dibandingkan dengan partisipan yang bisa membedakan lima bau dengan baik.

Lebih akurat

Faktor lain seperti ras, jenis kelamin, penyakit jiwa, serta status sosial ekonomi juga dimasukkan dalam penelitian ini. Hilangnya daya penciuman memprediksi kematian lebih akurat dibandingkan diagnosis kanker, gagal jantung, dan penyakit paru-paru.

Namun, peneliti menekankan bahwa hilangnya daya penciuman bukanlah penyebab kematian, melainkan hanya sebagai penanda.

Peneliti menjelaskan ujung saraf penciuman adalah satu-satunya bagian dalam sistem saraf manusia yang secara berkesinambungan diregenerasi oleh sel-sel batang.

Produksi sel-sel baru penciuman turut menurun seiring bertambahnya usia yang kemudian mengakibatkan menurunnya kemampuan mendeteksi dan membedakan bau. Hilangnya daya penciuman menandakan tubuh sedang dalam kondisi 'rusak' dan tidak bisa memperbaikinya sendiri.

Saraf penciuman juga merupakan satu-satunya sistem saraf yang langsung terekspos udara bebas. Karenanya, racun dan bibit penyakit dapat langsung mencapai otak.

Hilangnya daya penciuman menjadi peringatan awal bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang dapat menyebabkan kematian.

Namun begitu, Pinto dan peneliti lainnya tidak meneliti penyebab kematian 430 partisipan tersebut. Mereka percaya tes penciuman selama tiga menit lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan panjang.

Akan tetapi, mereka belum tahu apakah hasil penelitian ini berlaku juga bagi kalangan muda.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER