PEDULI KANKER PAYUDARA

Kisah Sang Penyintas Bertarung Melawan Kanker

CNN Indonesia
Jumat, 10 Okt 2014 10:12 WIB
Perempuan itu bernama Madelina Mutia, atau cukup memanggilnya Muti. Dia adalah penyintas kanker payudara juga salah satu pendiri Yayasan Love Pink.
Ilustrasi kanker payudara (Getty Images/Wavebreakmedia Ltd)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perempuan itu bernama Madelina Mutia, atau cukup memanggilnya Muti. Dia adalah salah satu pendiri Yayasan Love Pink, sebuah gerakan sosial yang mendampingi perjuangan perempuan-perempuan yang terdiagnosis kanker payudara. 

Beralasan jika Muti menaruh kepedulian lebih kepada para pengidap kanker payudara. Dia sendiri adalah penyintas kanker payudara.

Semua bermula ketika Muti didiagnosis tumor jinak di payudara pada 2006. Ia kemudian menjalani operasi pengangkatan tumor tersebut. Sejak itu, dokter menyarankan Muti untuk USG payudara setiap enam bulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun 2010, saat saya melakukan USG rutin, dokter mengatakan saya positif kanker payudara stadium 2B. Saya kemoterapi delapan kali serta radiasi 25 kali," kata Muti mengenang pengalamannya saat konferensi pers Go Pink di Immigrant Dining Room, Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (9/10).

Pengobatan ini pun berjalan selama satu tahun. "Saya percaya omongan dokter bahwa saya bisa sembuh asalkan saya menjalani pengobatan. Sekarang saya bersyukur sudah bersih dari kanker," kata Muti yang didiagnosis kanker payudara saat berusia 43 tahun. Namun, ia tetap harus mengonsumsi obat antihormon selama 10 tahun.

Senada dengan Muti, anggota Yayasan Love Pink lainnya, Samantha Barbara yang akrab disapa Sam mengatakan, dia mempercayakan penuh pengobatannya kepada dokter. Saat didiagnosis kanker payudara, Sam juga terkena di stadium 2B.

"Saya menjalani mastektomi, lalu kemoterapi 12 kali serta 25 kali radiasi," kata Sam. Menurutnya, grup pendukung sangat penting untuk membangun semangat hidup penderita kanker serta membuat penderita kanker tidak merasa sendirian.

Dalam mengumpulkan dana, yayasan ini membuat program Can For Share. Lewat program ini, dilakukan pengumpulan koin dalam wadah kaleng.

Kaleng disebar dan dibawa berkeliling. Sejauh ini dana sudah terkumpul Rp 25 juta, yang terkumpul kemudian digunakan untuk kampanye deteksi dini kanker payudara.

Dengan Can For Share, Muti berharap masyarakat bisa lebih peduli terhadap kanker payudara. Di kaleng tersebut, juga ditampilkan informasi seputar Yayasan Love Pink sebagai grup pendukung.

"Kami harap, ketika ada penderita kanker yang melihat kaleng ini, mereka jadi tahu bahwa kami ada dan bisa datang pada kami," kata Muti kemudian tersenyum.

Pentingnya kelompok pendukung

Muti mengatakan kehadiran grup pendukung sangatlah penting bagi penderita kanker. Ia bercerita proses panjang yang harus dihadapi penderita kanker membuat mereka membutuhkan sahabat untuk berbagi cerita.

"Misi utama kami adalah pendampingan mental dan menyemangati para perempuan yang menderita kanker payudara," kata Muti.

Yayasan Love Pink berdiri sejak 2012. Saat itu, 50 orang jadi anggotanya, sedangkan sekarang telah mencapai 300 orang. Para anggota mayoritas berdomisili di Jakarta.

Selain melakukan pendampingan kepada penderita kanker payudara, yayasan ini juga melakukan kampanye deteksi dini kanker payudara yang banyak dilakukan ke komunitas dan perusahaan.

"Namun, mulai tahun ini kami akan mulai kampanye ke sekolah dan kampus mengingat semakin banyak penderita kanker payudara yang masih sangat muda. Di Love Pink, anggota termuda kami berusia 25 tahun. Namun, mayoritas anggota kami berusia 30-an," ujar Muti.

Yayasan ini juga kerap mengadakan kelas kecantikan serta yoga bersama bagi anggotanya. "Rencananya kami juga akan mengadakan kelas dengan narasumber ahli nutrisi agar para penderita kanker bisa membuat menu makanan sehat bagi dirinya," tutur Muti.

Dengan adanya kelas kecantikan, mereka berharap para anggota dapat tetap tampil dan merasa cantik meski rambutnya telah rontok sebagai efek samping kemoterapi.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER