Jakarta, CNN Indonesia -- Perbedaan antara genius dan gila dalam skizofrenia bagai setipis kulit bawang. Di satu sisi, orang dengan skizofrenia memang mengalami gangguan mental. Tapi di sisi lain, kemampuan otaknya juga luar biasa. Tak sedikit pengidap skizofrenia yang meraih kesuksesan di bidangnya.
Lihat saja beberapa seniman dunia yang dirangkum CNN Indonesia dari berbagai sumber ini. Mereka mengidap skizofrenia, namun tak pernah kehilangan rasa seni. Intuisinya bahkan lebih tajam.
Vincent van Gogh
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vincent van Gogh (1853-1890), pelukis impresionis ternama dari Belanda. Sosok van Gogh serta karya-karyanya menjadi bagian tak terpisahkan dalam sejarah seni manusia abad ke-19 dan ke-20.
Sebagai seniman, Van Gogh hanya aktif selama 10 tahun. Namun dalam rentang satu dekade tersebut, ia telah melahirkan setidaknya seribu lukisan.
Banyak perdebatan terkait kesehatan mental Van Gogh. Terutama mengenai hubungan antara penyakit yang diderita, dengan intuisinya yang tajam soal seni. Malahan ada cerita, Van Gogh membayar kejeniusannya dengan kegilaan.
Beberapa psikiatris mendiagnosa van Gogh mengidap skizofrenia dan gangguan bipolar. Namun misteri itu belum terpecahkan hingga kini. Konon, orang yang paling tahu kondisi kejiwaan Van Gogh adalah adik kandungnya, Theo van Gogh (1857-1891).
Camille ClaudelLahir di Aisne, Perancis, Camille Claudel (1864-1943) adalah pematung ternama pada abad ke-20. Sejak kecil, Camille menyukai keindahan batuan dan tanah. Camille muda akhirnya memutuskan belajar patung di Academie Colarossi. Di sana ia bertemu pematung handal Perancis, Alfred Boucher.
Sekitar tahun 1884, ia memulai bekerja bersama Auguste Rodin. Awalnya karya-karya Camille memiliki semangat yang sama dengan gurunya, Rodin. Namun makin lama pengaruh itu hilang dengan sendirinya. Puncaknya, patung Wave (1897) yang menjadi bukti kualitas karya Camille.
Setelah tahun 1905, Camille dikabarkan mengalami gangguan kesehatan mental dan didiagnosis mengidap skizofrenia. Ia menghancurkan banyak patung buatannya dan sempat menyembunyikan diri. Tak hanya itu, Camille juga menuduh Rodin mencuri idenya dan hendak membunuh dirinya.
Syd BarretBanyak spekulasi yang mengabarkan bahwa pendiri band progresif rock, Pink Floyd ini mengidap skizofrenia. Sebab, Syd (1946-2006) adalah seorang pecandu narkotika.
Bahkan, gitaris Pink Floyd, David Gilmour dalam sebuah sesi wawancara dengan harian Independent 2006 lalu sempat berkomentar soal Syd. Katanya, meski Syd punya kemampuan menakjubkan soal bermusik, namun masalah narkotika merusak mental dan membuat Syd tidak memiliki visi sukses.
Setelah kematian Syd, pihak keluarga membantah bahwa ia mengidap gangguan kejiwaan. Alasannya, setelah kembali menjalin kontak dengan Syd, keluarga tak pernah tahu ia menerima pengobatan. Sebelum 1980, Syd mengasingkan diri, tidak berhubungan dengan keluarganya.
Vaslav NijinskyPria kelahiran Kiev, 12 Maret 1889 ini adalah seorang seniman balet pada abad ke-20. Dalam sejarah balet dunia, Nijinsky adalah pebalet pria legendaris sekaligus seorang koreografer.
Bakat menari Nijinsky diturunkan dari kedua orang tuanya, Tomasz Niżyński dan Eleonora Bereda. Karier balet Nijinsky meroket sejak masih 18 tahun. Ia mendapat peran sebagai pemain utama di sekolah balet, Imperial Ballet School, tempatnya belajar. Sejak itu, berbagai lakon balet ia mainkan.
Tahun 1919 menjadi titik kelam bagi karier Nijinsky. Ia didiagnosis menderita skizofrenia. Akhirnya, ia dibawa oleh istrinya ke Swiss untuk mendapat perawatan. Sayangnya perawatan yang dilakukan oleh psikiatris, Eugene Bleuler, tidak membuahkan hasil positif.
Nijinsky tetap harus menghabiskan sisa hidupnya dalam perawatan. Ia meninggal pada 8 April 1950 di sebuah klinik di London. Kini, makam Nijinsky di Paris dihiasi patungnya yang dibuat Serge Lifar.
Eduard EinsteinEduard Einstein (1910-1965) adalah putra ilmuwan Albert Einstein. Sejak kecil, Eduard sangat sensitif dan sakit-sakitan. Perceraian ayahnya juga membuat kondisi kesehatan Eduard memburuk.
Meski memiliki bakat di bidang musik, tahun 1929 ia memilih belajar tentang kesehatan dan bercita-cita menjadi psikiatris. Sayang, di usianya yang ke-20 tahun, Eduard divonis mengidap skizofrenia.
Pada 1932, untuk pertama kalinya Eduard dibawa ke sanatorium Burghölzli di Zurich. Setelah kematian ibunya pada 1948, Eduard menghabiskan waktu sembilan tahun di sanatorium hingga akhirnya meninggal pada tahun 1965.