Jakarta, CNN Indonesia -- Anda boleh pergi ke mana saja di muka bumi ini, tatapi bahasa ibu pertama yang menyentuh kuping Anda akan terus menjejak.
Para ilmuwan menemukan, orang-orang yang meninggalkan tempat kelahiran ketika usia mereka sangat kecil mungkin tidak memiliki kenangan bahasa pertama yang mereka dengar. Namun, seperti dilaporkan dari laman Independent, jalur yang dibuat dalam otak mereka akan terus utuh.
Ini merupakan berita baik bagi siapa pun yang ingin mempelajari bahasa ibu mereka ketika bayi. Seseorang akan jauh lebih mudah mempelajari bahasa ibu mereka saat bayi dari yang diperkirakan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceeding of the National Academy of Sciences (PNAS) tersebut menjadi studi pertama yang menggunakan pencitraan otak untuk meneliti efek bahasa yang hilang.
Para peneliti meminta tiga kelompok perempuan Kanada yang berusia 9-17 tahun untuk menjalani pemindaian otak sambil mendengarkan rekaman dalam bahasa Mandarin.
Satu kelompok terdiri dari anak-anak perempuan yang lahir di Tiongkok, tetapi diadopsi saat masih bayi dan berbicara hanya bahasa Perancis. Sementara, kelompok ke dua adalah anak perempuan yang fasih berbahasa Tiongkok serta Perancis.
Remaja di kelompok ke tiga adalah penutur bahasa Perancis yang lahir di Kanada, dan belum pernah tersentuh bahasa Mandarin.
Saat mendengarkan rekaman, otak anak-anak yang diadopsi menunjukkan pola respons sama seperti otak pada anak perempuan yang fasih berbahasa Mandarin.
Area otak yang berhubungan dengan pengolahan bahasa menjadi aktif, meskipun mereka yang diadopsi tidak dapat memahami atau berbicara bahasa Mandarin, serta tidak memiliki memori jika mereka pernah mendengar bahasa tersebut.
Sebaliknya, saat para remaja perempuan berbahasa Perancis yang menghabiskan seluruh hidup mereka di Kanada mendengarkan suara yang sama, bagian otak yang sama sekali berbeda menjadi aktif.
Mereka tidak memperlakukan suara sebagai bahasa. Sementara, otak anak-anak yang diadopsi memperlakukan suara tersebut sebagai bahasa, meskipun kurang memahami secara sadar.
“Hal ini mengejutkan kami. Pola aktivasi otak yang hilang pada anak-anak Tiongkok yang diadopsi cocok dengan mereka yang terus berbahasa Tiongkok sejak lahir. Representasi syaraf yang mendukung pola ini hanya diperoleh selama bulan-bulan pertama kehidupan,” kata Lara Pierce dari McGill University di Quebec.
Penemuannya menunjukkan bahwa informasi linguistik yang tersimpan saat dia bayi tidak tertimpa. Otak memegang memori tersebut untuk kemungkinan digunakan nanti.
Bayi-bayi yang di awal kehidupan mempunyai kemampuan untuk membedakan suara semua bahasa di dunia. Seiring dengan waktu, manusia berbicara secara khusus bahasa tertentu, dan kurang sensitif terhadap perbedaan bahasa dari bahasa lain.