Jakarta, CNN Indonesia -- Apa baru sekarang menyesali tato di punggung? Atau mungkin, dulu rasanya tato di lengan sangat keren? Namun, lama-kelamaan tato permanen itu rasanya tidak baik lagi tergores di tubuh.
Begitulah mahasiswa pascasarjana Alex Falkenham dari Kanada menggambarkan situasinya.
Falkenham adalah mahasiswa patologi di Universitas Dalhousie di Halifax, Nova Scotia. Dia mengembangkan teknik yang baru yang tidak melibatkan laser untuk memecahkan partikel tinta di kulit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tekniknya, yang disebut Bifosfonat Liposomal Tattoo Removal, melibatkan krim yang menggunakan pertahanan tubuh sendiri.
Falkenham sendiri bukan seorang yang anti-tato. Kenyataannya, ada empat tato di tubuhnya, yang semuanya dia jaga dengan baik.
“Ide ini berawal ketika saya punya tato pertama, dan saya berpikir tentang proses tato dari sudut pandang kekebalan tubuh,” kata Falkenham seperti dilansir dari laman CNN.
“Sejak saat itu, saya menambah tiga (tato lagi), dan saat ini tidak menyesali satu pun dari mereka. Namun, mungkin refleksi tersebut menunggu sampai saya tua.”
Falkenham bekerja dengan Industri Liaison and Innovation Universitas Dalhousie untuk mematenkan teknologi dan mendapatkan dana untuk melanjutkan penelitian.
Saat orang-orang menato bagian tubuhnya, pigmen tinta di kulit mereka dimakan oleh makrofag, sejenis sel darah putih. Sel-sel tersebut memakan pigmen untuk melindungi bagian di sekitarnya dari zat asing, kata Falkenham.
Sel-sel tersebut membentuk tato yang dilihat oleh orang-orang. Tato akhirnya akan memudar saat makrofag tersebut diganti dengan yang baru.
Kelompok makrofag lain menggerakkan beberapa pigmen ke kelenjar getah bening yang mengeluarkannya dari daerah tersebut. Krim temuan Falkenham menargetkan makrofag-makrofag tersebut untuk mempercepat proses memudarnya tinta tato secara alami.
Meskipun penelitian awal terbukti menjanjikan, perlu penelitian lebih dalam untuk menyempurnakan hasil sebelum produk dilempar ke pasar.
(win/mer)