Ukuran Testis Tunjukkan Bakat Laki-laki dalam Mengasuh Anak

Windratie | CNN Indonesia
Rabu, 04 Mar 2015 19:36 WIB
Lelaki dengan testis lebih kecil lebih mungkin untuk bertanggungjawab dalam memandikan anak, membawa anak ke dokter, dan pekerjaan orang tua lainnya.
Variasi anatomi laki-laki yang selama ini seolah menjadi kompetisi dalam kejantanan beralih untuk mengasuh anak. (Getty Images/ OcusFocus)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bakat laki-laki untuk merawat anak dapat tercermin dalam ukuran testis mereka, menurut penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Amerika Serikat.

Para peneliti menemukan, laki-laki dengan testis lebih kecil lebih mungkin untuk bertanggungjawab dalam memandikan anak, membawa anak ke dokter, menghibur anak di waktu malam, dan pekerjaan orang tua lainnya, dibandingkan laki-laki lain bertestis lebih besar.

Hasil penelitian yang sama juga terjadi saat pemindaian otak. Saat dilakukan pemindaian otak, lelaki dengan gonad lebih kecil bereaksi lebih kuat terhadap foto anak-anak mereka daripada lelaki dengan gonad lebih besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temuan tersebut jadi bukti terkuat bahwa variasi anatomi laki-laki yang selama ini seolah menjadi kompetisi dalam kejantanan beralih untuk mengasuh anak.

Dalam dunia hewan,  ukuran testis merupakan cara efektif untuk memaksimalkan peluang hewan memiliki keturunan yang dapat meneruskan garis keturunan mereka.

Jennifer Mascaro, antropolog di Universitas Emory di Atlanta menjelaskan, saat penelitiannya mengungkap korelasi antara ukuran testis dengan naluri sebagai orang tua, belum ditemukan penyebabnya kenapa hal tersebut terjadi.

Dia menduga, ukuran testis memengaruhi bagaimana laki-laki terlibat mengasuh anak. Namun kebalikan hasil penelitan tersebut bisa sama benarnya, terlibat dalam mengasuh anak dapat membuat testis menyusut.

“Kami tidak mengatakan, Anda dapat menentukan bakat laki-laki menjadi orang tua berdasarkan biologis mereka. Tapi, mungkin itu menunjukkan bahwa beberapa lelaki berpartisipasi dalam merawat anak lebih dari yang lain,” kata Mascaro seperti dilansir dari laman The Guardian.

Percobaan Mascaro berdasar pada teori sejarah hidup, seperti yang seringkali disebut oleh para ahli biologi evolusi. Teori tersebut menjelaskan bagaimana evolusi membentuk organisme mengoptimalkan peluang kesuburan mereka. Strategi yang berbeda terdapat di alam.

Penyu mencetak skor sebagai hewan dengan keturunan banyak, tetapi tidak melakukan banyak hal untuk membesarkan mereka. Sementara, simpanse memiliki anak yang jauh lebih sedikit, tetapi sangat baik dalam merawat anaknya.

Peneliti meminta 70 pasangan yang memiliki anak anak-anak berusia satu sampai dua tahun. Mereka menjawab kuesioner tentang bagaimana membagi pola pengasuhan anak. Jawaban mereka diukur dengan poin satu sampai lima. Poin satu berarti ibu lebih bertanggungjawab, dan poin lima berarti ayah yang lebih memegang peranan.

Setelah kuesioner diisi, para ilmuwan kemudian mengukur ukuran testis laki-laki memakai teknik pemindaian yang disebut magnetic resonance imaging. Ukuran testis adalah perwakilan untuk kuantitas dan kualitas sperma yang dihasilkan laki-laki. Jadi, laki-laki dengan testis lebih besar mungkin secara biologis lebih sesuai ke arah 'perkawinan' daripada sebagai orang tua.

Diukur berpasangan, testis laki-laki bervariasi dalam ukuran. Dari 18 centimeter kubik sampai 60 centimeter kubik. Khasnya, buah zakar berukuran sekitar 38 centimeter kubik.

Mascaro menemukan tren yang jelas. Skor sebagai orang tua meningkat saat ukurang testis menurun. Karena perilaku orang tua harus termanifestasi sendiri di dalam otak, para ilmuwan melihat bagaimana laki-laki dengan testis ukuran berbeda menanggapi foto-foto anak mereka.

Orang-orang dengan testis lebih kecil menunjukkan aktivitas lebih besar di bagian otak yang terkait dengan pengasuhan, disebut daerah tegmental ventral.

Meski demikian, ukuran testis tidak bisa menjadi satu-satunya faktor yang dikaitkan dengan bakat laki-laki dalam mengasuh anak. Perbedaan ukuran hanya menyumbang seperlima dari variasi skor pengasuhan pada laki-laki, kata Mascaro. Rincian penelitian ini dilaporkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

(win/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER