Ingin Turun Berat Badan? Hindari Tontonan Kuliner

Utami Widowati | CNN Indonesia
Jumat, 20 Mar 2015 10:49 WIB
Jika Anda sedang dalam program penurunan berat badan bukan hanya berolah raga dan diet yang harus Anda lakukan. Tapi juga mematikan televisi.
Ilustrasi menonton televisi. (Didier Kobi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jika Anda sedang dalam program penurunan berat badan bukan hanya berolah raga dan diet yang harus Anda lakukan. Tapi juga mematikan televisi.
Terutama jika televisi Anda sering menayangan acara-acara kuliner. Mulai dari acara masak memasak, tinjauan tempat makan dan sebagainya.  Apalagi jika Anda menontonnya sembari mengudap cemilan.

Sebuah penelitian tentang efek menonton tayangan  kuliner ini baru saja dipublikasikan di jurnal Appetite, menemukan  bahwa mereka yang menonton acara kuliner untuk mencari resep, lebih berisiko mengalami penambahan berat badan.

Peneliti membandingkannya dengan mereka yang menonton tapi tak berniat memasak atau mereka yang sama sekali tidak menontonnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti menggunakan 501 partisipan penelitian berusia 20-35 tahun, dan ditanyai tentang sumber informasi mereka akan makanan baru. Dan seberapa sering mereka memasak dengan bahan baku mentah. Tiap partisipan juga diminta untuk melaporkan tinggi dan berat badan mereka.

Hasilnya partisipan yang melaporkan suka  menonton acara kuliner lan meniru masakannya, berat badannya meningkat hingga 4,5 kilogram selama penelitian dan memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih tinggi. Ini dibandingkan dengan mereka yang hanya gembar melihat sajian kuliner lewat foto teman, majalah atau kelas memasak.

“Acara kuliner di televisi seharusnya sekadar dianggap sebagai pengalaman memirsa semata bukan pengalaman memasak,” kata Loizzy Pope, Asisten Profesor, di University of Vermont dan pemimpin penelitian seperti dilaporkan Huffington Post.  

Melihat tayangan kuliner lalu lantas mencobanya benar-benar berbahaya. Penelitian juga melihat hubungan antara tingginya IMT dan perempuan yang mencari informasi tentang makanan di media sosial.

“Bisa jadi setelah melihat foto makanan yang banyak dan sempurna dari postingan teman di Facebook, Twitter atau Instagram mereka jadi melihat pola makan mereka yang sebenarnya tidak sehat jadi sesuatu yang normal,” kata Pope.  

Melihat makanan enak-enak dan melimpah sebagai sesuatu yang wajar bisa dilihat dari tagar #FoodPorn. Hingga kini berisi lebih dari 50 juta posting. Tak hanya membuat orang jadi menganggap makan terlalu besar porsinya sebagai yang wajar, postingan #FoodPorn juga membuat kesal para pemilik restoran. Karena orang jadi rajin memfoto makanan di meja dengan alasan untuk mengaupdate posting mereka.

(utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER