Alasan Para Pembegal Remaja Berani Melakukan Kekejaman

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Kamis, 26 Mar 2015 09:20 WIB
Ternyata banyak di antara pelaku kejahatan itu yang terdiri dari kelompok remaja. Mereka pun tak segan melukai korban setelah menguras hartanya.
Para pelaku begal yang diamankan petugas (Detikcom/Lamhot Aritonang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Maraknya aksi begal yang terjadi belakangan ini membuat masyarakat ketakutan dan semakin waspada. Pasalnya, mereka tak hanya merampas harta, tapi juga sampai menghabisi nyawa.

Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata banyak di antara pelaku kejahatan itu yang terdiri dari kelompok remaja. Mereka pun tak segan melukai korban setelah menguras hartanya. Bahkan ada yang berani menebas tangan.

Psikolog, Elizabeth Santosa mengatakan beberapa waktu lalu terungkap bahwa pelaku begal ini adalah para pecandu narkoba. "Ada indikasi bahwa pelaku begal kecanduan narkoba," kata Elizabeth dalam acara peluncuran bukunya berjudul Raising Children In Digital Era, di kawasan Matraman, Jakarta Pusat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka pun melakukan aksi begalnya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi narkoba. "Mereka diminta untuk merampas motor. Motornya dijual ke penadah seharga Rp 500 ribu,” ujar Elizabeth. "Uangnya untuk beli narkoba," katanya menambahkan.

Ia juga menyampaikan, pecandu narkoba bisa melakukan cara apapun untuk mendapatkan uang dan bisa menikmati obat terlarang kesukaan mereka itu.

Salah satu penyebab dengan gampangnya mereka melakukan tindakan kekerasan disebabkan oleh ekspos terhadap media dan internet. Banyaknya game online yang menampilkan kekerasan dianggap menjadi salah satu penyebab.

Belum lagi tayangan kartun yang ternyata di dalamnya terdapat aksi kekerasan dan saling membunuh. "Yang seperti ini justru ratingnya tinggi, kan," kata Elizabeth. Bahkan sinetron remaja pun mulai banyak menampilkan adegan kekerasan.

Seperti narkoba memengaruhi otak, dan pornografi memengaruhi otak, kekerasan pun melakukan hal yang sama pada otak. Ketika seorang remaja bisa mengalahkan musuhnya di game online timbul sebuah kepuasan dan rasa percaya diri. Mereka menganggap diri mereka jagoan.

Disitulah mereka memperoleh kesenangan. Momen itu kemudian direkam oleh otak dan saat anak membutuhkan kepuasan itu lagi mereka pun akan melakukannya lagi. Dan membuat orang di dunia nyata bertekuk lutut, juga pasti lebih menyenangkan lagi.

Elizabeth mengatakan, saat mereka mempraktikkan kekerasan yang mereka lihat di game online atau di televisi, mereka sudah di luar kontrol. Ketika mereka tak bisa mengontrol tindakan lagi, sesungguhnya kekerasan itu sudah mendarah daging dalam diri mereka.



(mer/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER