Jakarta, CNN Indonesia -- Jika Anda sedang mengandung dan Anda penderita hipertensi sebaiknya hati-hati. Rutinlah melakukan pengecekan tekanan darah dan kehamilan serta patuh mengonsumsi obat. Pasalnya, risiko kematian janin akan lebih tinggi ketika sang ibu menderita hipertensi.
"Kalau tidak cepat ditangani takutnya cepat ke gangguan ginjal atau preeklamsi. Risiko kematian bayinya akan tinggi," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Siska S. Danny, saat ditemui usai acara diskusi di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat.
Selain kematian janin, hipertensi pada ibu hamil pun dapat memengaruhi proses persalinan. "Kalau tekanan darahnya tinggi, bidan wajib me-
refer ke dokter spesialis kandungan karena akan memengaruhi proses persalinan dan gangguan janin," kata Sisca menjelaskan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu-satunya cara yang dapat membantu adalah dengan mengonsumsi obat untuk hipertensi. "Hipertensi ini bisa dikontrol dengan obat. Tapi jenis obatnya berbeda dengan populasi umum. Ada yang khusus ibu hamil," ujarnya.
Konsumsi obat pun harus benar-benar hati-hati. Hal ini disebabkan obat tertentu dapat memperlambat detak jantung janin.
Ketika hipertensi bisa dikendalikan dengan obat, ibu hamil bisa melakukan proses persalinan dengan normal. Tapi, jika tidak bisa dikendalikan, jalan operasilah yang biasanya ditempuh.
"Kalau bisa dikontrol dengan obat, ibu bisa melahirkan normal. Tapi kalau tekanan tidak bisa dikontrol, ada kejang misalnya, memang tidak disarankan melahirkan normal," kata Siska menjelaskan.
Sementara itu, penyebab hipertensi pada ibu hamil pun beragam. Ada yang sudah mempunyai hipertensi sebelum hamil, ada juga yang mengalaminya persis saat hamil.
"Itu multifaktoral, bisa karena interaksi hormon, atau baik tidaknya plasenta. Kalau plasentanya jelek, ibu butuh tekanan darah tinggi agar aliran darah lancar," ujar Siska.
(win/utw)