Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika memilih minyak untuk memasak, kandungan lemak jenuh dan tak jenuh menjadi salah satu acuan penting. Pakar gizi dari Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia, Fiastuti Witjaksono, mengungkapkan bahwa kandungan lemak dalam minyak kanola lebih menyehatkan ketimbang minyak lainnya.
Semua minyak sebenarnya memiliki kandungan jenis lemak yang sama, yaitu saturated fat atau lemak jenuh, monounsaturated fat atau lemak tak jenuh tunggal, dan polyunsaturated fat atau lemak tak jenuh ganda.
"Semakin jenuh lemak, akan semakin tinggi potensi pembentukan kolesterol jahat. Memilih minyak dengan kandungan lemak tak jenuh yang lebih banyak tentu menjadi sangat penting," ujar Fiastuti dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (13/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kandungan lemak jenuh dalam minyak kanola hanya 8 persen. "Ini merupakan kandungan terendah dari minyak nabati lain yang beredar di pasaran, seperti minyak kelapa sawit yang bisa sampai 50 persen,” kata Fiastuti.
Namun, Fiastuti mengatakan bahwa lemak tak jenuh dapat berubah menjadi lemak jenuh jika dipanaskan dengan suhu tinggi.
"Oleh karena itu, sebaiknya minyak tidak digunakan untuk menggoreng atau
deep frieding, cara menggoreng dengan minyak yang banyak dan temperatur tinggi," kata Fiastuti.
Selain itu, minyak kanola mengandung vitamin E yang tinggi. Kanola merupakan minyak terkaya asam lemak omega-3 yang sangat baik bagi kesehatan jantung.
Minyak kanola sendiri merupakan hasil ekstraksi bunga kanola. Kembang ini biasanya tumbuh di wilayah empat musim, seperti di negara-negara Eropa dan Amerika.
(mer/mer)