Jakarta, CNN Indonesia -- Kandungan lemak jenuh dan lemak tak jenuh menjadi salah satu masalah dalam memilih minyak. Lemak jenuh dikenal sebagai lemak jahat karena dapat meningkatkan kolesterol. Sementara lemak tak jenuh justru dikenal sebagai lemak baik yang bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Pakar gizi dari Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia, Fiastuti Witjaksono, menjelaskan cara praktis membedakan minyak yang mengandung lemak tak jenuh dan jenuh. Fiastuti menjabarkan bahwa ciri utama lemak jenuh adalah sangat mudah menggumpal.
"Kita bisa lihat dari kandungan lemak di daging. Waktu kita makan sirloin steak, yang berwarna putih itu lemak jenuh. Harus dipanaskan dalam suhu tinggi baru bisa mencair," ujar Fiastuti dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (13/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan lemak tak jenuh, kata Fiastuti, tidak mudah menggumpal. Salah satu cara mengetes kandungan lemak dalam minyak adalah dengan memasukkan produk tersebut ke tempat dingin, seperti kulkas atau tumpukan es batu.
"Minyak yang mengandung lemak jenuh pasti akan cepat menggumpal dan berubah warna menjadi putih dalam waktu cepat," kata Fiastuti.
Sedangkan minyak dengan lemak tak jenuh akan tetap seperti wujud semula. "Kalaupun ada perubahan, pasti hanya gumpalan kecil. Itu biasa terjadi karena dalam minyak tidak mungkin hanya ada satu jenis lemak. Kandungannya lebih banyak jenuh atau tidak jenuh, itu yang penting," ujar Fiastuti memaparkan.
Hal ini sangat penting karena lemak tak jenuh merupakan lemak jahat yang dapat mengakibatkan serum kolesterol darah meningkat. Semua komplikasi tersebut akan berujung pada tersumbatnya pembuluh darah.
"Jika pembuluh darah ke jantung tersumbat, tentu berakhir dengan serangan jantung. Jika pembuluh darah ke otak yang tersumbat, bisa terjadi stroke," kata Fiastuti.
Namun, Fiastuti mengimbau agar masyarakat tidak menanggapi hal ini dengan ekstrem. "Lemak tetap diperlukan. Satu hari harus ada 30 persen dari asupan nutrisi keseluruhan," ucap Fiastuti.
(mer/mer)