Jakarta, CNN Indonesia -- "Mengapa harus saya? Mengapa bukan orang tua saya? Saya masih umur 16 tahun, kelas tiga SMA, sudah bolak-balik koma ke rumah sakit karena ketoasidosis. Saya tidak bisa main basket atau futsal seperti anak lain," ujar salah satu pengidap Diabetes Melitus tipe 1, Adrifaza Baraka, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (3/6).
Menurut dokter yang menangani penyakitnya, Herry Nursetiyanto, kala itu Adri memang sedang memasuki tahap pertama dalam diabetes akut.
"Tahap pertama itu penyangkalan, penolakan. Tahap kedua nantinya juga begitu, tapi lebih marah, dan merasa hidup cuma sekali jadi makan seenaknya, enggak peduli kadar gula," kata Herry.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keadaan semakin terasa runyam karena Adri adalah anak yang kritis. Namun, kekritisan Adri yang membuatnya dapat bertahan.
"Pada tahap adaptasi, dia akan cari ilmu dan mengetahui tentang penyakitnya. Dia ini orang yang sangat detail. Semua ditanya. Sampai akhirnya nanti dia bisa menerima," ucap Herry.
Sembilan tahun berlalu, kini Adri perlahan sudah belajar dan dapat menerima penyakitnya. Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini bahkan sudah tidak tergiur lagi dengan makanan berlemak dan gula tinggi.
Adri pun dapat menjalankan ibadah puasa yang tidak disarankan bagi pengidap diabetes karena bahaya komplikasinya. "Semua bisa dilakukan jika kita mau," ucapnya.
Langkah pertama yang diambil Adri menjelang puasa adalah ke dokter untuk melakukan konsultasi. "Di sana nanti disesuaikan. Misalnya, insulin biasanya berapa kali, saat puasa bagaimana. Semua harus dikonsultasikan biar enggak ada komplikasi seperti hipoglikemia atau hiperglikemia," ujar Adri.
Setelah mendapat arahan, Adri menyarankan agar pasien diabetes melakukan pemeriksaan kadar glukosa dalam tubuh secara berkala dalam sehari.
"Kalau sudah mengenal diri sendiri, tanpa alat kita bisa ngerasain kapan kita harus batalkan puasa. Udah keringat dingin, harus buka. Jam berapapun udah hipoglikemia atau kekurangan kadar glukosa, batalin," tutur Adri.
Begitu pula saat kadar gula tinggi atau hiperglikemia, Adri memberanikan pengidap diabetes untuk tak ragu menyuntikkan insulin di tengah puasa.
"Kita harus lebih aware dengan tubuh sendiri. Enggak usah pedulikan kata orang enggak boleh keluar darah waktu puasa. Ubah cara pandang tentang diabetes. Puasa itu antara kita dan Tuhan," katanya.
(mer)