Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak bukti mendukung penggunaan ganja untuk beberapa kondisi medis, tapi tidak untuk yang lainnya. Berdasarkan ulasan segar dari sejumlah penelitian, seperti dilansir dari laman Reuters.
Setelah meneliti 80 percobaan secara acak terhadap hampir 6.500 orang, peneliti menemukan, penggunaan ganja dapat mengobati rasa sakit dan kejang otot kronis, serta gerakan tubuh tak terkendali.
Namun, bukti penggunaan ganja tersebut tidak cukup kuat untuk mengobati beberapa penyakit. Di antaranya, rasa mual dan muntah akibat kemoterapi, gangguan tidur, penurunan berat badan, penurunan berat badan karena HIV, dan sindrom Tourette, kondisi abnormal yang ditandai dengan kedutan dan gerakan-gerakan lain, contohnya kedipan mata atau kedutan wajah yang tidak dapat dikontrol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manfaat dan penggunaan ganja harus ditimbang dari efek sampingnya, yakni pusing, mulut kering, mual, mengantuk, dan euforia, kata penulis utama penelitian, Penny Whiting, dari University Hospitals NHS Foundation Trust Bristol di Inggris.
“Individu harus mempertimbangkan senyawa cannabinoids sebagai pengobatan gejala yang mereka alami, serta mendiskusikan manfaat potensial serta bahaya senyawa tersebut dengan dokter mereka,” ujar Penny.
Dia juga mengatakan, penelitian lain ganja juga melaporkan penggunaan ganja dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko psikosis.
Penelitian yang diterbitkan dalam
Journal of American Medical Association (JAMA) tersebut dilakukan oleh Kantor Federal Kesehatan Masyarakat Swiss. Kendati para ilmuwan menemukan sebagian besar uji coba (pengobatan ganja) memberikan perbaikan terhadap gejala, tidak semua pengobatan memberikan perbaikan.
Sebuah tinjauan kedua yang diterbitkan dalam jurnal yang sama oleh Kevin Hill dari Mclean Hospital di Belmont, Massachusetts, menemukan hasil serupa. Dalam penelitiannya, Hill menemukan bukti berkualitas yang mendukung penggunaan ganja untuk orang-orang dengan nyeri kronis atau neuropatik (saraf), serta masalah otot yang berhubungan dengan multiple sclerosis.
“Kedua ulasan tersebut mencapai kesimpulan yang sama. Ada beberapa bukti yang mendukung penggunaan ganja untuk kondisi tertentu,” kata Deepak Cyril D'Souza dari Fakultas Kedokteran Universitas Yale di New Haven, Connecticut.
(win/mer)