Fast Food Buat Anda Tertekan dan Sulit Kendalikan Emosi

Windratie | CNN Indonesia
Kamis, 25 Jun 2015 20:00 WIB
Telah banyak penelitian yang membahas dampak makanan cepat saji terhadap kesehatan tubuh, tapi tidak ada yang secara khusus meneliti akibatnya terhadap emosi.
Mengurangi makanan cepat saji dapat memperbaiki suasana hati Anda. (achmadbiz/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Telah banyak penelitian yang membahas dampak makanan cepat saji terhadap kesehatan tubuh, tapi tidak ada yang secara khusus meneliti akibatnya terhadap emosi. Penelitian baru menemukan, makanan cepat saji membuat seseorang tertekan dan kurang bisa mengontrol emosi. Mengurangi untuk mengonsumsi makanan cepat saji, dapat memperbaiki suasana hati Anda.

Penelitian terbaru makanan cepat saji ini diterbitkan dalam jurnal Psikologi Kesehatan bulan ini, seperti dilansir oleh laman Independent. Kali ini, para ilmuwan meneliti hubungan lemak trans, yang umumnya dikandung oleh makanan cepat saji dan kue, dengan regulasi emosional.

Para ilmuwan di Lembaga Penelitian Universitas Negeri San Diego memakai data kearsipan sekitar kurang dari 5000 orang, 1.699 laki-laki, dan 3.293 perempuan. Para peneliti mengukur asupan lemak trans, yang juga dikenal dengan asam lemak trans, di tubuh peserta, kemudian memeriksa respons emosi mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ilmuwan mencatat, individu dengan asupan lemak trans yang tinggi mengalami kesulitan dengan kesadaran emosional. Kejelasan emosional mereka pun juga lebih rendah.

Sementara, orang-orang dengan asupan lemak trans lebih rendah dikaitkan dengan peningkatan emosi positif dan penurunan efek emosi negatif. Mereka juga lebih dapat mengendalikan emosi.

Penelitian ini juga menginterpretasikan temuan sebelumnya. Pada 2013, studi di Universitas California menemukan, asam lemak trans secara signifikan terkait dengan agresi yang lebih besar. Mengonsumsi makanan kaya lemak trans dihubungkan dengan kadar kolesterol tinggi dalam darah, serangan jantung, penyakit jantung, dan stroke.

Namun, dampak bahaya terhadap kesehatan mental belum diterima secara luas. “Kami tahu, makanan di Inggris yang merusak tubuh kami, juga selalu merusak otak kami,” kata peneliti Oxford dan juga kepala lembaga Food and Behaviour Research, Alex Richardson.


(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER