Sejuta Anak Muda Jepang Mengunci Diri di Kamar Bertahun-tahun

Windratie | CNN Indonesia
Jumat, 10 Jul 2015 07:10 WIB
Ada sekitar satu juga orang di Jepang menderita kondisi Hikikomori, yang artinya 'menarik diri' atau 'menjadi tertutup'.
Satu juta remaja di Jepang menderita hikikomori, kondisi menarik diri dari lingkungan sosial. (Thinkstock/AntonioGuillem)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir selama tiga tahun, Yuto Onishi memutus kontak dengan keluarga dan teman-temannya. Dia hampir tak pernah meninggalkan kamarnya di Tokyo. Yuto menghabiskan siang harinya dengan tidur dan terjaga sepanjang malam untuk berselancar di dunia maya atau membaca komik Jepang.

Satu-satunya waktu di mana dia pergi ke luar adalah saat makan. Kegiatan ini dia lakukan di tengah malam untuk menghidari kontak dengan orang lain.

Yuto (18) menderita Hikikomori, salah satu kondisi kesehatan dan sosial terbesar yang dihadapi oleh Jepang, seperti dilansir dari laman ABC. Kondisi ini menyebabkan, orang-orang muda berdiam di dalam rumah, kadang selama beberapa dekade.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegiatan mereka menonton televisi, berselancar di dunia maya, dan membaca. Orang-orang dengan kondisi ini menghindari semua kontak sosial, seringkali memotong hubungan dengan keluarga dan teman-teman.

Ada sekitar satu juga orang di Jepang, sebagian besar laki-laki berusia antara 15 sampai dengan 20 tahun menderita kondisi Hikikomori, yang artinya 'menarik diri' atau 'menjadi tertutup'.

Bagi keluarga, kondisi ini menyakitkan. Namun buat negara, kondisi ini memengaruhi ekonomi Jepang. Mereka yang menderita Hikikomori kerap diartikan sebagai 'missing million', yang artinya 'kehilangan jutaan'.

Takahiro Kato, dokter dari Universitas Kuushu, adalah seorang ahli yang berusaha mencegah generasi muda lainnya di Jepang kehilangan masa depan mereka. “Pada masyarakat barat, seseorang yang tinggal di dalam ruangan akan diberitahu untuk pergi ke luar. Di Jepang tidak demikian,” kata Kato.

Banyak pekerjaan dan kehidupan sosial yang sekarang dilakukan dari jarak jauh menggunakan teknologi, katanya. “Ada alasan budaya juga. Rasa malu dan ketergantungan emosional terhadap ibu,” ucap Kato menambahkan.

Orang Jepang cenderung tertutup dan sederhana. Mereka punya rasa malu yang besar jika mereka tidak dapat memenuhi tekanan sosial. Jepang mengalami depresi ekonomi pada kurun 1990-an.

Ketika itu, nilai yang bagus di sekolah tidak selalu berarti mendapatkan universitas yang baik, juga pekerjaan yang baik, ujar Andy Furlong, profesor dari Universitas Glasgow.

Oleh karena itu, generasi orang-orang di Jepang melakukan pekerjaan jangka pendek, yang membuat mereka berhadapan dengan stigma. Yang lain berpendapat, hikikomori terjadi karena Amerikanisasi pada budaya yang tertutup. Keterbukaan dipaksakan kepada orang-orang yang memiliki temperamen lebih sederhana.

Kato melanjutkan, penyebab dan juga pengobatan untuk kondisi ini sebagian besar masih tidak diketahui. Namun, dia ingin mencegah generasi hilang lainnya. Dia mengatakan, kondisi ini dapat dipulihkan jika komunikasi antar keluarga membaik. Dia berharap seluruh keluarga turut bagian dalam konseling.

“Semakin lama orang-orang tinggal di kamar mereka, semakin sulit membuat mereka keluar kamar, katanya.

(win/win)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER