Jakarta, CNN Indonesia -- Mahasiswa bekerja yang memiliki hubungan 'beracun' dengan rekan kerja cenderung memiliki masalah kesehatan mental, dibandingkan mahasiswa yang berhubungan baik dengan rekan kerja, berdasarkan penelitian kecil baru di Amerika Serikat.
“Waktu 24 jam sehari yang dihabiskan seorang mahasiswa, selain tidur, adalah pergi ke kampus, belajar, dan juga bekerja paruh waktu, selama rata-rata empat jam sehari,” kata Allison Vaughn, psikolog peneliti di Universitas San Diego, seperti dilansir dari laman Reuters.
Maka, menurutnya, masuk akal jika mahasiswa bekerja memiliki potensi masalah kesehatan. “Mahasiswa yang bekerja harus menjaga hubungan kerja sebaik mungkin, seperti yang Anda lakukan dengan persahabatan atau hubungan dengan kekasih.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sedikit mahasiswa yang bekerja selama mereka kuliah. Perkiraannya, mulai dari 58 persen menjadi 72 persen dari mahasiswa di Inggris, kata Vaughn dan beberapa rekan penelitinya dalam
Journal of American College Health.Untuk memahami kaitan antara hubungan mahasiswa di tempat kerja dan kesehatan mental, para peneliti melakukan jajak pendapat kepada sekitar 170 mahasiswa bekerja yang terdaftar di kelas pengantar psikologi pada Maret 2011.
Usia mahasiswa berkisar 18-35 tahun, rata-rata berusia sekitar 20 tahun. Sebagian besar peserta bekerja paruh waktu selama rata-rata sekitar 19 jam seminggu, dan telah bekerja selama 15 bulan. Kuesioner menyinggung seputar kualitas hubungan dengan supervior dan rekan kerja, kepuasan kerja, serta masalah kesehatan mental, contohnya stres, depresi, dan kecemasan.
Secara umum, peserta menilai supervisor mereka sebagai sosok yang moderat dan sangat membantu, dan menilai rekan kerja mereka sedikit menjengkelkan. Mereka menggambarkan mayoritas hubungan kerja mereka mempunyai lingkungan mendukung atau saling bertentangan.
Peserta yang ambivalen atau bertentangan dengan penyelia mereka memiliki kesehatan mental lebih buruk, daripada rekan kerja mereka yang punya hubungan positif dengan bos mereka.
Selain itu, para mahasiswa yang merasa bertentangan dengan atasan mereka juga memiliki kepuasaan kerja lebih rendah dan kurang mendukung. Mereka lebih sering berpikir untuk meninggalkan pekerjaan dan lebih merasa lelah.
Sementara itu, mahasiswa yang memiliki hubungan lebih mendukung di tempat kerja akan sedikit merasa stres, depresi, dan cemas. Mereka juga mempunyai tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi, kata para penulis menjelaskan.
Temuan ini kian menambah bukti, pengalaman negatif di tempat kerja bisa berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa.
(win/mer)