Pikiran Tak Jernih Bisa Menandakan Risiko Serangan Jantung

Windratie | CNN Indonesia
Jumat, 07 Agu 2015 06:34 WIB
Orang tua yang mencetak skor buruk pada tes pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, berisiko hampir dua kali lipat terkena serangan jantung.
Orang tua yang mencetak skor buruk pada tes pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, berisiko hampir dua kali lipat terkena serangan jantung. (Thinsktock/buchachon)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi orang tua tanpa demensia, pikiran yang tidak jelas dan kontrol diri yang kurang mungkin merupakan tanda dari risiko tinggi serangan jantung atau stroke, berdasarkan penelitian baru di Eropa.

Dikutip dari laman Reuters, orang tua yang mencetak skor buruk pada tes pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, yang disebut pula sebagai keterampilan fungsi eksekutif, berisiko hampir dua kali lipat terkena serangan jantung dan sekitar 50 persen risiko tinggi stroke, dibandingkan orang tua yang lebih baik dalam hasil tes.

Karena skor yang rendah pada tes fungsi kognitif dapat menunjukkan kerusakan pembuluh darah sebelumnya di otak, itu sebabnya para peneliti melihat hubungannya dengan risiko stroke. Namun, pada prosesnya mereka terkejut melihat adanya peningkatan risiko serangan jantung juga, kata Behnam Sabayan dari Fakultas Kedokteran Universitas Leiden, Belanda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Hal ini mungkin mencerminkan bahwa kerusakan pada pembuluh adalah fenomena global dalam tubuh kita. Dan ketika kita melihat kelainan di salah satu organ kita, kita harus berpikir tentang organ yang lain juga,” kata Sabayan.

“Ini adalah deretan bukti lain yang menunjukkan bahwa patologi di tingkat jantung atau otak tidak independen.”

Sabayan mengatakan, para ahli saraf dan ahli jantung harus bekerjasama untuk mendeteksi secara dini orang tua yang berisiko terhadap gangguan pembuluh darah atau pembuluh darah otak.

Para peneliti mempelajari sekitar 3.926 orang tua di Belanda, Irlandia, dan Skotlandia.

Usia rata-rata responden adalah 75 tahun, dan mereka rata-rata memiliki riwayat penyakit jantung atau berisiko tinggi terkena serangan jantung karena tekanan darah tinggi, diabetes, atau perilaku merokok, meskipun tidak ada riwayat serangan jantung sebenarnya.

Selama tiga tahun masa tindak lanjut, ada 375 kejadian koroner, di antaranya serangan jantung atau kematian akibat penyakit jantung, serta 155 kejadian stroke dalam kelompok tersebut.

Para peneliti membagi peserta secara rata ke dalam tiga kelompok berdasarkan skor keahlian fungsi eksekutif di awal penelitian.

Peserta dengan skor terendah, lebih mungkin mengembangkan penyakit jantung koroner sekitar 85 persen dan 51 persen lebih mungkin mengalami stroke, dibandingkan peserta dengan skor tertinggi.

(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER