Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah melanda Eropa dan Asia, gelombang panas sekarang sudah sampai di Timur Tengah. Iran adalah salah satu negara yang terkena gelombang panas. Suhu di kota Banda Mahshahr, Iran, bahkan mencapai 73 derajat Celsius pada Jumat pekan lalu.
Ahli meteorologi di Iran, Anthony Saglia, mengatakan bahwa suhu tersebut adalah suhu terpanas yang pernah dilihatnya, dengan pencatatan suhu terpanas paling ekstrem di dunia.
Dengan gelombang panas menyapu beberapa belahan di dunia, masalah kesehatan yang berhubungan dengan suhu panas pun meningkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelelahan (
heat exhaustion) adalah reaksi yang paling sering terjadi akibat serangan panas yang parah. Termasuk di antaranya gejala, seperti pusing, sakit kepala, dan pingsan. Reaksi dari gejala-gejala tersebut biasanya dapat disembuhkan dengan istirahat, lingkungan yang sejuk, dan hidrasi, termasuk mengonsumsi bahan elektrolit yang diperlukan untuk otot dan fungsi tubuh lain.
Sementara itu, serangan panas (
heat stroke) dianggap lebih parah dan membutuhkan perhatian medis. Heat stroke diikuti dengan gejala kulit kering, suhu tubuh di atas 39 derajat Celsius, kebingungan, dan kadang-kadang tidak sadarkan diri.
Ketika seseorang merasakan suhu panas untuk waktu yang cukup lama, akankah manusia dapat bertahan dari suhu panas tersebut? Dilansir dari laman Scientific American, Mike McGeehin, direktur Program Bahaya Lingkungan dan Efek Kesehatan, CDC, Amerika Serikat, menjelaskan, apa dampak gelombang panas kepada manusia.
Manusia mengatasi suhu panas dengan berkeringat dan bernapas. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah panas atau kelembapan yang merupakan 'pembunuh' sebenarnya? McGeehin mengatakan, kelembapan adalah faktor yang sangat besar. Jika seseorang mengalami suhu sangat tinggi dan kelembapan tinggi, dia akan berkeringat tapi keringat itu tidak akan mengering di kulit.
“Itu sebabnya tidak hanya panas, melainkan kombinasi panas dan kelembapan yang berbahaya.” Jelas ada batasan untuk suhu dan kelembapan yang jika melampaui level tertentu dapat meningkatkan risiko kematian.
Faktor lain, menurut McGeehin, yang bisa menyebabkan kematian atau gejala sakit adalah suhu yang tidak turun pada malam hari. Jika suhu tetap tinggi dalam semalam, saat itulah terjadi peningkatan risiko kematian. “Tubuh menjadi kewalahan karena tidak mendapatkan jeda istirahat yang dibutuhkan,” ujarnya.
Lantas apa dampak suhu panas ekstrem berkelanjutan pada tubuh manusia? Sistem dalam tubuh manusia yang memungkinkannya beradaptasi dengan panas akan kewalahan ketika diserang gelombang panas. Saat seseorang terserang panas untuk waktu yang sangat lama, hal pertama yang dilakukan tubuh adalah berkeringat.
“Ketika keringat dikeringkan oleh udara ada efek pendinginan pada tubuh. Setelah seseorang berhenti berkeringat, dalam waktu yang sangat singkat seseorang bisa berubah dari kondisi
heat exhaustion (kondisi akibat paparan panas) menjadi
heat stroke (darurat medis berakibat fatal).”
Kondisi transisi dari
heat exhaustion menjadi
heat stroke dimulai dengan keringat yang deras mengucur, dan ketika itu tertutup, tubuh akan menjadi sangat panas. Pada akhirnya, kondisi itu mulai memengaruhi otak. Pada saat itulah, orang mulai bingung dan kehilangan kesadaran.
Dengan meningkatnya suhu tubuh yang sangat cepat, sistem saraf pusat dan sistem peredaran darah akan terkena dampaknya. Meski begitu, McGeehin mengatakan kita tidak pernah tahu berapa suhu terpanas yang dapat ditolerir oleh tubuh manusia. “Manusia berbeda-beda dalam menolerir kelembapan yang berbeda dan berbagai jenis suhu yang berbeda.”
Sebelum seseorang terserang heat stroke, umumnya terjadi reaksi awal tubuh terhadap panas berlebihan. Ruam dan kram otot adalah tanda-tanda awal dari orang-orang kewalahan oleh suhu panas. Jika tidak ditangani maka dapat menyebabkan gejala yang lebih parah.
Menurut McGeehin, orang-orang yang paling rentan terhadap suhu tinggi adalah orang-orang kota yang berusia lanjut, terisolasi, dan tidak memiliki akses terhadap pendingin udara. Selain itu, orang-orang gemuk dan orang dengan pengobatan tertentu juga salah satu yang berisiko dampak gelombang panas.
(win/mer)