Jakarta, CNN Indonesia -- Para ilmuwan hampir berhasil menciptakan vaksin yang bekerja terhadap beberapa strain influenza. 'Vaksin universal' adalah terobosan besar dalam upaya imunisasi melawan flu. Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus yang dapat berubah bentuk ini telah membunuh setidaknya sampai setengah juta orang per tahun.
Pada beberapa abad terakhir, ada beberapa pandemi yang mengancam manusia, di antaranya adalah wabah flu Spanyol pada 1918 yang diklaim telah membunuh setidaknya 20 juta jiwa. Vaksin yang ada menargetkan bagian dari virus yang bermutasi terus-menerus, sehingga memaksa para ahli farmasi dan petugas kesehatan untuk meramu obat anti-flu baru setiap tahun.
Dalam dua penelitian, yang diterbitkan di jurnal
Nature dan
Science, para peneliti menguji vaksin baru tersebut pada tikus, musang, dan monyet yang dapat menduplikasi bagian dari virus dengan lebih stabil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa stem protein hemaglutinin (HA), salah satu dari dua protein utama yang ditemukan pada permukaan virus penyebab flu, memiliki besar yang tetap sama bahkan ketika ujung atau kepalanya berubah.
Namun sampai saat ini, mereka belum dapat menggunakan batang protein tersebut untuk memprovokasi reaksi kekebalan pada hewan laboratorium atau manusia. Yakni dengan cara menetralisir atau membiarkan tubuh menyerang dan menghancurkan sel yang terinfeksi.
Tim penelitian yang dipimpin oleh Hadi Yassine dari Pusat Penelitian Vaksin di Institut Kesehatan Nasional, Amerika Serikat, mencangkok feritin, protein yang ukurannya seperti partikel nano, ke sebuah stem HA tanpa kepala.
Langkah berikutnya adalah mengimunisasi tikus dan musang, dan menyuntikkan hewan-hewan tersebut dengan virus flu burung H5N1. Virus ini memiliki tingkat angka kematian lebih dari 50 persen di antara orang-orang yang terserang, tetapi tidak mudah menular.
Para peneliti menemukan, tikus benar-benar terlindungi dari virus. Sebagian besar musang, spesies yang paling baik memprediksi keberhasilan vaksin influenza pada manusia, juga tidak jatuh sakit.
Studi lain yang dipimpin oleh Antonietta Impagliazzo dari Institut Crucell Vaccine di Leiden, Belanda, mengambil pendekatan yang sama. Yakni menciptakan vaksin stem HA yang terbukti efektif pada tikus.
Ilmuwan lain yang tidak terlibat dalam studi tersebut menggambarkan penemuan ini sebagai langkah besar untuk penemuan vaksin universal. Namun, mereka mengingatkan, masih banyak pekerjaan yang mungkin bisa dilakukan selama bertahun-tahun sebelum akhirnya vaksin flu universal bisa diuji pada manusia.
(win/mer)