Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang perempuan asal Singapura berusia 58 tahun dirundung duka karena nyeri di bagian perutnya yang terus berulang tak kunjung diketahui penyebabnya.
Kelegaan sempat meliputi ketika seorang dokter menemukan adanya peradangan hati. Namun, setelah berkali-kali diobati, nyeri tak kunjung berhenti.
Setelah melalui proses endoskopi, ditemukan tiga bola kecil berwarna kecokelatan yang menyumbat di saluran empedunya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untung cepat terdeteksi. Kalau tidak, bola sekecil itu dapat terus menyumbat dan bahkan menyebabkan kematian," ujar dokter ahli gastroenterologi asal Singapura yang menangani kasus tersebut, Chua Tju Siang, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (26/8).
Menurut Chua, batu tersebut biasa ditemui dalam pankreas orang ras Asia, yaitu Mongoloid, akibat proses metabolisme tubuh yang sebenarnya normal terjadi.
"Sel darah akan mati dalam waktu 120 hari. Dalam metabolisme ras Asia, sering ada sisa sel darah yang tertinggal dari proses pemecahan di hati yang menumpuk dan akhirnya membentuk bola-bola kecil di pankreas," tutur Chua.
Jika bola tetap berada di dalam pankreas dan tidak ada keluhan sakit, kata Chua, sebenarnya tak perlu dikhawatirkan. Namun, jika bola tersebut keluar dari pankreas menuju saluran empedu, dapat berakibat fatal.
"Kalau batu keluar ke saluran empedu, bisa memyumbat saluran lainnya dan bisa menimbulkan komplikasi penyakit, bahkan sampai mati," kata Chua.
Guna menghindari akibat fatal, Chua menyarankan pemeriksaan rutin pasien. Jika terdeteksi dini, batu tersebut dapat diambil dengan cara praktis. Tak perlu bedah, hanya dengan endoskopi.
Teknik memasukkan selang berkamera ke dalam tubuh ini sudah terbukti berhasil pada beberapa pasien Chua. Untuk mencapai celah sempit di saluran empedu, Chua mengaitkan balon dan jaring benang di selang.
Ketika selang sudah mencapai target, balon dikembangkan sehingga ada ruang antara saluran dan batu. Dokter pun dapat dengan leluasa menjaring bola tersebut.
Meskipun hanya ditemukan pada tubuh kaum Mongoloid, bukan berarti ras Kaukasoid dapat bernapas lega. "Kalau kaum Kaukasoid, ada juga batu seperti ini, tapi terbentuk dari kolesterol yang menumpuk karena kecenderungan metabolisme tubuhnya," katanya.
Namun, Chua memastikan bahwa masalah tersebut juga dapat ditangani dengan endoskopi.
(mer/mer)