Jakarta, CNN Indonesia -- Orang tuna rungu kini dapat berbahagia. Pasalnya, para peneliti di Amerika Serikat, menunjukkan progres baik dalam pencarian obat untuk penyakit yang membuat seseorang tidak dapat mendengar itu.
Di Massachusetts, AS, di laboratorium Rumah Sakit Anak Boston, sebuah penelitian obat untuk tuli menunjukkan kemajuan yang positif.
Pemimpin penelitian itu, Jeff Holt, mengatakan bahwa semuanya berjalan seperti yang direncanakan. Anak-anak yang kehilangan kemampuannya untuk mendengar karena mutasi genetik, tak lama lagi akan dapat disembuhkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Holt dan peneliti lainnya berusaha mengatasi masalah tersebut dari akarnya. Mereka menggunakan virus rekayasa untuk menyembuhkan genetik yang rusak.
"Strategi kita adalah dengan mencoba menghilangkan virus vektor itu, menghilangkan virus genetik agar virus itu tidak membuat orang sakit. Kemudian, kami menggantinya dengan DNA yang benar, yakni TMC1," kata Holt, seorang profesor otolaryngology, seperti dilansir Foxnews.
TMC1 adalah sebuah genetik yang penting terhadap indra pendengaran. Genetik ini bertanggungjawab untuk membuat protein yang mengonversi suara menjadi sinyal listrik dapat diproses otak.
Untuk menguji penelitian ini, Holt dan timnya menggunakan dua tipe tikus yang menggambarkan mutasi genetik dominan dan resesif dari TMC1 pada manusia. Kemudian, tim peneliti menggunakan virus yang disebut adeno-associated virus atau AAV1, untuk mengirimkan genetik TMC1 ke dalam kuping tikus tuli tersebut.
“Kami menemukan bahwa kami dapat mengembalikan fungsi dari dua kasus untuk bentuk mutasi TMC1 yang resesif dan dominan," katanya.
Meski obat dalam pengujian genetik dan aktivitas otak ini bekerja, namun para peneliti masih harus memastikan apakah tikus itu sudah bisa mendengar. Maka dari itu, mereka menaruh kedua tikus tersebut di dalam sebuah ruangan dengan sensor dan speaker yang mengeluarkan suara keras dan mengagetkan.
“Kami tidak bisa bertanya kepada tikus itu apakah mereka bisa mendengar, namun kami bisa memutar suara keras. Biasanya, tikus normal akan melompat ketika mendengar suara itu, namun tikus tuli tidak. Alhasil, terapi genetik yang kami lakukan memperlihatkan bahwa tikus itu mulai berlompatan," ujat Holt.
Selain itu, Holt menjelaskan, setidaknya ada 70 tipe mutasi berbeda yang membuat satu di antara 1000 orang menjadi tuli pada masa remaja. Ia mengatakan, terapi genetik ini dapat menuntun mereka mendapatkan obat untuk orang tuli.
Ia menegaskan, bahwa di masa depan, tidak akan ada anak-anak yang kehilangan kemampuan pendengarannya karena mutasi genetik.
(mer)