Tak Hanya Lemak, Makanan Asin Juga Bisa Bikin Obesitas

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Sabtu, 05 Sep 2015 08:48 WIB
Makanan berlemak bukan satu-satunya penyebab masalah kegemukan. Penelitian terbaru menyebutkan makanan yang asin juga bisa tingkatkan risiko obesitas.
Ilustrasi garam. (Thinkstock/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Saat melihat orang yang kelebihan berat badan atau mengalami obesitas, yang terbayang adalah pola makan orang tersebut yang pasti banyak kadar lemaknya. Benarkah demikian?

Ternyata hal itu tak selalu benar. Pasalnya makanan berlemak bukan satu-satunya penyebab masalah kegemukan. Penelitian terbaru menyebutkan makanan yang bercita rasa asin juga bisa tingkatkan risiko obesitas.

Masalahnya kemudian orang modern punya kecenderungan untuk makan makanan yang lebih kaya rasa dibandingkan menikmati cita rasa alami makanan semata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain gula dan penyedap makanan tak jarang porsi garam dalam makanan pun ditambahkan. Lihat saja sejumlah restoran yang selalu menyediakan garam, lada, saus dan kecap.

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa semakin banyak garam yang Anda konsumsi, semakin besar risiko Anda terkena obesitas.

Para ilmuwan di Universitas Queen Mary mengatakan bahwa jika Anda mengkonsumsi setidaknya satu gram garam setiap harinya, hal itu akan menambah 25 persen kemungkinan Anda untuk terkena obesitas atau kelebihan berat badan.

Walaupun begitu, selain dapat meningkatkan berat badan, garam juga pernah dihubungkan dengan tekanan darah tinggi, yang dapat menyebabkan penyakit jantung.

Sementara itu, Profesor Graham McGreggor dari Universitas Queen Mary, yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan bahwa mereka masih belum yakin kenapa garam dapat memberikan dampak terhadap berat badan seseorang.

Untuk membuktikan penelitian ini, para ilmuwan kemudian menguji 450 anak-anak dan 780 orang dewasa, melalui survei Diet Nasional dan Survei Nutrisi Inggris, sejak tahun 2008 sampai 2009, serta 2011 dan 2012.

"Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa asupan garam dapat memberikan faktor risiko potensial terhadap obesitas dari asupan energi," tulis para peneliti dalam jurnal medis Hipertensi.

Kemudian, penelitian tersebut mempercayai bahwa garam memberikan dampak buruk terhadap metabolisme tubuh seseorang, dengan merusak kemampuannya untuk menyerap lemak.

Misalnya saja dalam kasus orang Inggris, biasanya mereka mengonsumsi garam sebanyak 8,1 gram setiap harinya, yakni diatas angka yang direkomendasikan Layanan Kesehatan Nasional Inggris, yaitu 6 gram.

Namun, beberapa peneliti tak sepakat dengan hasil dari penelitian itu.

Seorang ahli diet dari Universitas Oxford dan penasihat pemerintah, profesor Susan Jebb, mengatakan walaupun pengurangan kadar garam itu penting, tapi penelitian itu tidak memberikan bukti pasti bahwa mengurangi konsumsi garam dapat membantu menurunkan berat badan.

"Saya tidak mau melihat masyarakat disesatkan oleh info seperti ini, belum tentu dengan mengurangi konsumsi garam dapat mengurangi risiko obesitas atau membantu masyarakat untuk menurunkan berat badan," kata Jebb kepada Daily Mail, sambil menyarankan kepada masyarakat untuk tidak langsung menyerap informasi begitu saja, tanpa adanya konfirmasi lebih.

(utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER