Jakarta, CNN Indonesia -- Soal berewok memang soal selera. Ada pria yang gemar memelihara dan memang punya jatah cukup untuk memanjangkan rambut wajah ini.
Ada pula yang memilih untuk tidak melakukannya. Baik alasan selera atau memang kebetulan tidak punya cukup rambut yang tumbuh di cambang, bawah hidung dan dagu ini.
Berikut beberapa fungsi berewok secara ilmiah yang cukup besar manfaatnya untuk para pria seperti dirangkum Huffington Post:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pria dengan banyak bagian kulit yang terpapar matahari akan lebih besar risikonya mengalami kulit kasar dan lebih cepat keriput,” kata ahli kulit Bobby Buka, pendiri Greenwich Village Dermatology dan kepala bagian di Mount Sinai School of Medicine.
"Ada kondisi yang disebut sebagai dermatoheliosis—atau kerusakan kulit kronis karena sinar matahari. Manifestasinya berupa bercak hitam, kulit yang menggelambir dan keriput.”
Sementara blogger Jonha Revencio mengutip penelitian dari University of Southern Queensland menyebut, berewok bisa mencegah 95 persen efek buruk dari sinar ultraviolet dan bahkan mengurangi risiko kanker kulit.. Begitu suhu udara turun, berewok bisa berguna untuk membuat pria merasa hangat. “Memiliki rambut wajah bisa melindung dan menghalangi dari cuaca buruk misalnya saat udara dingin,” kata Buka.
“Ketika kita bicara soal efek cuaca panas atau dingin terhadap kulit, maka berewok bisa dianggap sebagai penyeimbang suhu dari elemen cuaca tersebut.” Rambut wajah bisa melindungi pria dari bakteri yang menyebar lewat udara dan sering menyerang tenggorokan. Efektivitas berewok untuk pencegahan penyakit tenggorokan ini bahkan sudah didokumentasikan sejak tahun 1875!
Dalam buku Pulmonary Tubercolusis: Its Pathology, Nature, Symtoms, Diagnosis, Prognosis, Causes, Hygiene, and Medical Treatment, Dr. Addison P. Dutcher menuliskan, “Tak bisa disangsikan bahwa pada berewok dan rambut yang tumbuh di nostril atau lubang hidung, didesain secara alami untuk melindungi paru-paru dari invasi partikel yang merusak. Karenanya pada individu yang hidup di lingkungan yang udaranya sangat tercemar dengan partikel sehalus debu, maka berewok sebaiknya tidak dicukur. Saya sampai pada kesimpulan ini dari observasi yang hati-hati dari efek berewok dan mencukur rambut wajah dan efeknya pada saluran udar dan paru-paru. Dan jika saya bisa, jika saya diizinkan mendata banyak kasus penyakit tenggorokan dan paru saya yakin banyak penyakit ini yang bisa dicegah dengan berewok.” Sama dengan pencegahan terhadap penyakit tenggorokan, berewok juga menjadi penghalang antara tubuh dan paparan racun.
“Jika Anda punya kondisi saluran udara yang reaktif seperti asma, berewok bisa menjadi filter tambahan sebelum racun masuk ke paru-paru,” kata Buka.
Berewok berfungsi untuk memberi lapisan tambahan untuk proteksi dari infeksi. Sejumlah jenis bakteri sendiri sebenarnya sudah ada di kulit. Bercukur bisa membuka kulit dan memberi jalan bakteri untuk masuk, menyebabkan infeksi. Karenanya dengan mekanisme yang sama, tidak bercukur juga bisa mencegah munculnya jerawat.
Menurut buku The Acne Cure karya Terry J. Dubrow dan Brenda D. Adderly, bercukup bisa membuat jerawat punya kesempatan untuk tumbuh, memperburuk jerawat yang sudah ada dan berkontribusi pada infeksi kulit yang berkaitan dengan masalah jerawat.
Pada tahun 1972, Dr. Herbert Mescon, profesor dan kepala di Departemen of Dermatology di Boston University School of Medicine kepada The Spartanburg Herald mengatakan bahwa rata-rata pria menghabiskan waktu 3.350 jam dalam hidupnya untuk bercukur.
Itu berarti ada 139 hari digunakan untuk kegiatan ini. Atau hampir lima bulan. Bayangkan jika Anda biarkan saja berewok tumbuh, dan sesekali saja dirapikan, berapa waktu bisa Anda hemat? Braun sebuah perusahaan di Jerman melakukan survei terhadap 1.000 pria di NewYork tentang praktik memelihara berewok mereka. Para pria tersebut 67 persen memelihara rambut wajah — separuh dari mereka mengatakan melakukannya karena merasa lebih menarik dengan berewok.
Ada 55 persen lagi yang menyatakan pernah dipuji karena rambut wajah mereka, sementara 41 persen mengatakan dengan berewok mereka merasa lebih percaya diri.
Kasus ini macam mempertanyakan mana yang lebih dulu, ayam atau telur? Namun sebuah penelitian anonim pada tahun 1970-an, yang dikutip buku The Dependent Gen, ditemukan ada korelasi antara pertumbuhan berewok dan potensi seks.
“Stimulus untuk meningkatkan pertumbuhan berewok dalam tubuh berhubungan dengan aktivitas seksual,” kata penulis buku itu. Sang penulis memberi analisisnya bahwa ketika kuantitas hubungan seksual meningkat maka sekresi atau pengeluaran testosteron juga meningkat yang berdampak semakin tingginya pertumbuhan berewok.
Jadi pertanyaannya apakah pria yang semakin sering berhubungan seks akan semakin rimbun berewoknya? Atau karena berewok yang rimbun maka gairah pria jadi lebih tinggi? Jawabanya ya seperti ayam dan telur tadi, bisa keduanya.
Menurut penelitian tahun 2008 oleh psikolog dari Northumbria University, “rata-rata wanita menilai pria sebagai makhluk yang keras, dewasa, agresif, dominan dan maskulin — dan apakah sebagai mitra bercinta, sementara atau hubungan jangka panjang,” demikian dikutip Telegraph yang menulis ulang penelitian dari Journal of Personality and Individual Differences. “Dan rambut wajah menjadi signal kekuatan sosioseksual dan penanda biologis yang nyata dari kedewasaan seksual itu.