Jakarta, CNN Indonesia -- Eduardo Garcia (34) dijuluki sebagia
bionic chef. Dia pernah mengalami kondisi mengerikan yang dekat dengan kematian.
Kejadian itu telah mengorbankan tangan kirinya akibat luka bakar karena sengatan listrik, hingga kini di terpaksa menggunakan tangan palsu berupa kait.
Akibat kejadian mengerikan itu Garcia harus dirawat di rumah sakit selam 48 hari di ruang rawat luka bakar intensif di Salt Lake City.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luka bakar itu terjadi karena tanpa sengaja dia tersengat listrik dengan kekuatan 2400 volts pada tahun 2011.
Musibah itu terjadi pada musim berburu pada Oktober 2011, Garcia memutuskan sendirian naik gunung di Montana.
Dia telah berada sejauh tiga mil dari desa terakhir yang dikunjungi ketika dia menemukan seekor bayi beruang hitam.
Dia memang sering mengambil objek natural dan mendonasikan hasilnya ke teman-temannya yang menjalankan program edukasi untuk remaja.
“Jadi saya berhenti sejenak untuk memeriksa beruang itu. Saya berlutut dan menggunakan pisau untuk mengecek tubuhnya,” kata Garcia kepada Today.
Tapi yang kemudian dirasakannya saat pisau itu menyentuh tubuh si bayi beruang sungguh di luar dugaannya. “Seperti ada simponi suara, energi dan sinar yang masuk ke tubuhku. Saya akan selalu mengingat kejadian itu sepanjang hidup saya — listrik sebesar 2400 volt menyengatku. Ternyata bayi beruang itu mati karena kabel listrik yang tadinya terpendam lalu terbuka,” kata Garcia mengenang.
“Yang saya ingat kemudian adalah langit diatas saya.”
Entah bagaimana kemudian Garcia berusaha bangkit dan berhasil. Saat itu dia berhasil mendengar ada suara kerikil berderak di bawah kakinya.
“Saya berusaha berjalan dan berpikir, apa yag saya lakukan disini? Saat saya melihat tangan kiri saya, tangan itu sudah menghitam dan terbakar hangus. Bentuknya melengkung 90 derajat dari bagian siku ke arah tubuh saya.’
Garcia berusaha berjalan turun gunung ke arah sungai. Dia berpikir semakin cepat dia bergerak akan semakin mudah mendapatkan pertolongan jika melewati jalan pintas diantara bebatuan dan semak-semak untuk turun gunung. Tapi dia juga menyadari jika dia terjatuh, dia tak akan lagi punya tenaga untuk bangkit kedua kalinya. “Saya percaya kalau jatuh lagi saya akan mati disana.”
Dengan segala kemampuan untuk memotivasi diri bergerak Garcia melangkah. “Kadang kala persoalannya bukan melakukan segala hal dengan cara yang mudah, tapi bagaimana berusaha dan melakukan perjalanan dengan lebih perlahan.”
Ada beberapa hal yang membuat Garcia berusaha bertahan saat menuruni gunung. Secara fisik keseluruhan dia adalah orang yang sehat. Dia telah membuat keputusan hanya makan makanan yang sehat sebagai fokusnya sejak berusia muda.
“Saya juga percaya diri sebagai orang yang banyak berkegiatan di luar ruangan, itu yang membuat saya bosa bergerak dalam kondisi itu. Saya cuma harus berkata pada diri sendiri, ‘jangan berhenti bergerak, jangan bergenti bergerak.”
“Tak hanya itu, mereka juga harus mengangkat tiga tulang rusukku dan memperbaiki banyak kelompok otot di kaki dan pinggangku. Saya juga harus menjalani rekonstruksi intensif pada kulit kepalaku selama 10 bulan.” Eduardo Garcia |
Garcia akhirnya berhasil mencapai pondok dimana seorang lelaki menyuruhnya untuk istirahat sementata pria itu menghubungi ambulans. Hanya dalam waktu satu jam rumah sakit Livingston, Montana menyiapkan Garcia untuk diangkut dengan helikopter.
Menurut Garcia kondisinya sangat aneh. Karena saudara perempuannya baru saja berkemah di gunung itu juga akhir pekan sebelumnya.
Garcia kemudian harus menjalankan 21 kali pembedahan, dengan operasi untuk mengamputasi tangannya dilakukan di malam pertama dia sampai di rumah sakit itu.
“Tak hanya itu, mereka juga harus mengangkat tiga tulang rusukku dan memperbaiki banyak kelompok otot di kaki dan pinggangku. Saya juga harus menjalani rekonstruksi intensif pada kulit kepalaku selama 10 bulan.”
Listrik berkekuatan 2400 volts itu ternyata telah membuat luka di sembilan tempat di tubuh Garcia, termasuk di dekat pangkal paha dan bagian dalam pahanya. Namun derita Garcia belum berhenti sampai di situ.
“Saat sampel jaringannya yang diperiksa sampai ke laboratorium, pihak medis menemukan kanker testikular. Dan saya masih berada di ICU !” kata Garcia mengenang.
“Jadi bayangkan saja. Ada dokter bedah plastik untuk saya, tim penanganan luka bakar, tim bedah kardio-toraks dan kemudian ada dokter ahli kanker yang ikut berusaha menyelamatkan hidupku. Semua tim itu saling berlomba tapi membuat upaya pemulihanku jadi terhambat.”
Sejak Januari berikutnya, Garcia boleh pulang ke rumah tapi harus memulai pengobatan kemoterapinya yang sangat berat. Lima kali dalam seminggu selama tiga bulan.
“Bagian terberat dari semua ini adalah pertarungan melawan diriku sendiri. Dulu saya adalah pria yang super percaya diri, dan saya punya banyak hal untuk dinikmati. Lalu dengan satu cedera saja, semua hal dalam hidup saya harus terhenti. Tapi saya berusaha menerimanya, saya tak ingin semua itu menenggelamkan hidupku.”
Garcia harus memulihkan diri selama empat tahun. Dia merasa berhutang jasa pada tim medis yang membuatnya kuat dan sabar, hingga bisa menerima dirinya ‘yang baru’.
Pengalaman itu lantas dituangkannya dalam film dokumenter berjudul
Charged: The Eduardo Garcia Documentary. Semua gambar proses penyembuhannya direkam oleh Jennifer Jane, mantan kekasihnya yang kini menjadi sahabatnya sekaligus rekanan bisnis.
Kini Garcia juga sesekali menjadi pembicara dan motivator untuk Challenge Athletes Foundation, lembaga yang membantu veteran atau mereka yang harus menjalani amputasi.
”Kini saya memang masih harus menjalani proses pemulihan emosional dan saya yakin masih banyak hal harus saya lakukan. Tapi sejujurnya sekarang saya mulai lupa kondisi sebelum kejadian itu. Hari-hari ketika saya merasa sangat ‘kaya’ dan punya banyak tujuan, “ kata Garcia yang jadi salah satu pendiri merek makanan Montana Mex, dan beberapa perusahaan lain.
”Tapi kini saat saya bicara pada anak-anak korban
bullying, saya membolehkan mereka melihat tangan saya, dan membuat mereka berpikir ‘jika dia saja bisa keluar dari kondisi tersetrum listrik itu, saya pasti juga bisa’. Hari terburuk dalam hidup saya ternyata membuat saya menjadi orang yang lebih baik. ”
(utw/utw)