Jakarta, CNN Indonesia --
Halloween identik dengan tradisi trick or treat, yakni kegiatan meminta permen, kue, atau camilan manis dari rumah ke rumah. Merunut sejarahnya, tradisi ini dimulai sejak abad pertengahan di dataran Eropa yang kemudian diboyong ke Amerika Serikat, sekitar 100 tahun lalu.
Di masa lalu, saat malam Halloween, masyarakat abad pertengahan akan berpartisipasi dalam acara ‘mumming’, dimana mereka berkeliling desa dan memberikan doa sebagai ganti makanan dan camilan. Tradisi yang dulu bertujuan mendoakan arwah leluhur itu, kini berubah jadi kegiatan favorit bagi anak-anak.
Di berbagai negara, anak-anak biasanya menggunakan berbagai kostum, tidak sebatas monster, hantu, atau iblis, melainkan juga tokoh film favorit mereka. Berbalut kostum seru tersebut, mereka dengan bahagia mengetuk pintu rumah di sekitar lingkungan mereka dan meminta permen atau cokelat. Meskipun pada intinya sama, trick or treat di beberapa negara hadir berbeda, dan tidak melulu saat Halloween. Seperti apa?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di negara Afrika ini, trick or treat dikenal sebagai festival Buhe dan digelar setiap tanggal 19 Agustus, guna menyambut datangnya musim hujan. Sekelompok anak akan berkeliling dari rumah ke rumah, bernyanyi lagu ‘Hoya Hoye’ sembari menari dan melompat-lompat, hingga pemilik rumah memberi mereka roti injera, camilan khas Ethiopia atau uang. Selain itu, warga desa juga biasanya berkerumun di sekitar api unggun dan berbagi makanan. Setiap hari Minggu sebelum Paskah, anak-anak di Finlandia akan berdandan seperti penyihir Paskah dan berkeliling dari rumah ke rumah membawa ‘jimat’ berupa cabang pohon yang dihiasi bulu serta kertas krep. Mereka akan memberikan jimat yang dimaksudkan untuk mengusir roh jahat itu, dan menerima permen serta coklat dari pemilik rumah. Tradisi mirip trick or treat ini disebut Rummelpott dan merupakan ritual menyenangkan di malam tahun baru. Anak-anak, juga orang dewasa akan berkeliling dari rumah ke rumah dan bernyanyi. Sebagai gantinya, anak-anak akan menerima cokelat, sementara orang dewasa diberi segelas minuman alkohol. Di Jerman, acara istimewa ini digelar setiap 11 November, sebagai perayaan datangnya St Martin’s Day. Anak-anak akan membawa lentera, berkeliling kota, bernyanyi dan mengumpulkan permen serta hadiah dari para tetangga. Tradisi trick or treat di Norwegia terbilang baru, yakni dimulai sekitar 1990an. Anak-anak akan mengetuk pintu rumah dan berkata ‘knask eller knep’ atau ‘digg eller deng’, keduanya bermakna trick or treat, dan tentu saja mereka akan menerima permen. Trick or treat memang besar di Eropa dan Amerika Utara, namun di Asia Tengah, terdapat tradisi serupa. Di Turkmenistan, di malam Ramadan, anak-anak akan berkeliling dan bernyanyi untuk meminta permen dan cokelat dari para tetangga. Halloween di Portugal dikenal dengan nama All Saint’s Day dimana warga mendoakan para malaikat dan kerabat yang telah berpulang. Sementara, anak-anak menawarkan doa sebagai ganti roti manis.
Di malam Paskah, anak-anak di Swedia punya tradisi mirip trick or treat Halloween. Hanya saja, anak-anak Swedia umumnya berdandan sebagai penyihir dan membawa sapu serta berkeliling meminta permen.