Jakarta, CNN Indonesia -- Ekspansi Bahasa Inggris di kalangan masyarakat Indonesia, ternyata tidak cuma sampai di lingkungan sosial saja. Peneliti Bahasa Indonesia, Dendi Sugondo bahkan mengatakan Bahasa Inggris sudah masuk ke rumah sampai ke dapur Anda.
Pengaruh Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia sudah sangat kuat. Lihat saja di dapur Anda, tempat memasak nasi disebut rice cooker. Di kamar tidur, selimut di tempat tidur disebut bed cover.
"Ini memang seperti lelucon, tapi ternyata Bahasa Inggris sudah masuk ke rumah tangga dan berbagai sendi kehidupan," kata Dendi saat berbincang dengan CNN Indonesia melalui sambungan telepon, Jumat (6/11) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sampai di situ saja, bahkan di ruang-ruang publik, penggunaan bahasa Inggris sudah menjamur di mana-mana. Misalnya saja untuk penamaan jalur bus TransJakarta yang diberi nama busway. Kata ini tak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi jalur bus TransJakarta.
Peringatan-peringatan di tempat umum seperti mal atau hotel pun banyak yang menggunakan bahasa Inggris saja, artinya, tanpa ada tambahan terjemahan dalam bahasa Indonesia. Beberapa di antaranya yang kerap terlihat adalah tanda, "Out of order" di depan lift yang rusak, atau "sorry for your inconvenience" yang menggantung pada keran rusak di toilet umum di mal.
Semuanya sudah menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa yang utama. "Menurut saya ini sudah mengkhawatirkan," ujarnya.
Kondisi ini menurut Dendi tak hanya bisa menggeser penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari tapi juga bisa memengaruhi sikap generasi muda. Faktanya yang terjadi saat ini seolah-olah globalisasi dipandang sebagai sebuah peng-Inggris-an. Seolah kehidupan modern itu semuanya harus memakai bahasa Inggris.
Padahal menurut Dendi, anggapan itu salah. Bahasa Inggris boleh saja digunakan sebagai bahasa pendukung saja. Bahasa yang utama haruslah Bahasa Indonesia. Karena negara pun mengamanatkan demikian.
Hal tersebut tertuang di dalam Undang-Undang nomor 24 Tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang negara. Di dalamnya tercatat tentang penggunaan bahasa, pembinaan, sampai perlindungan terhadap Bahasa Indonesia.
Bahkan Dendi menyebutkan ada beberapa situasi khusus yang tetap harus menggunakan bahasa Indonesia meski sedang berhadapan dengan orang asing.
Misalnya pada pertemuan resmi dan formal wajib menggunakan bahasa Indonesia meski sifat pertemuannya merupakan pertemuan internasional. Untuk membantu digunakan penerjemah bahasa.
Lain lagi kalau untuk pertemuan informal. Dendi mengatakan pertemuan seperti jamuan makan malam atau pertemuan informal lainnya itu tidak wajib menggunakan Bahasa Indonesia. Untuk memghormati tamu, boleh saja menggunakan bahasa lainnya atau Bahasa Inggris sebagai bahasa universal.
"Saya punya teman dari luar negeri, waktu dia ke Indonesia dia kecewa sekali begitu sampai di sini disapanya dengan memakai bahasa Inggris padahal dia sudah belajar bahasa Indonesia dan ingin sekali berinteraksi langsung masyarakat dengan bahasa Indonesia," ujar Dendi.
Menurut dia, ada waktu-waktu tertentu di mana pemilihan penggunaan bahasa sangat penting untuk dipahami. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya harus menggunakan bahasa ibu, bahasa Indonesia.
Ketika berada dalam pergaulan dunia internasional, barulah menggunakan bahasa internasional seperti bahasa Inggris atau lainnya agar Indonesia tetap diterima dalam pergaulan dunia.
"Ini tidak berarti memerangi bahasa Inggris, tapi untuk pergaulan nasional atau kepentingan dunia kerja pakai bahasa Indonesia. Untuk pergaulan dunia, barulah pakai bahasa asing," kata Dendi.
Kata Serapan dari Bahasa AsingBanyaknya kata serapan dari bahasa asing dalam kamus Indonesia membuat beberapa pihak meragukan eksistensi bahasa Indonesia itu sendiri. Ada anggapan mungkin agar mudah, semuanya diserap saja dari bahasa asing.
Dendy menyebutkan penyerapan bahasa itu tidak akan mengganggu eksistensi bahasa Indonesia. Karena sudah ada prosedur tersendiri ketika menyerap suatu bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dan itu tidak bisa dilakukan sembarangan.
"Penyerapan itu lewat proses. Dari bahasa asing diartikan dalam bahasa Indonesia. Ada penerjemahannya dulu," kata Mantan Kepala Pusat Bahasa itu.
Misalnya saja kata internet. Dari segi tulisan dan pelafalan, internet tidak mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena bunyi ejaannya sama dengan Bahasa Indonesia.
Berbeda dengan komputer yang dalam bahasa Inggris disebut computer. Karena di Indonesia terbiasa dengan huruf K dan bisanya pelafalan huruf C dalam bahasa Inggris dilafalkan sebagai K, maka computer diserap menjadi komputer.
Penyerapan ini juga dilakukan karena tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia untuk mengartikan komputer.
"Kalau tidak bertentangan dengan kata dan penulisan dalam bahasa Indonesia itu bisa dipakai. Dan ini dibenarkan," ujar pria yang juga aktif menjadi dosen itu.
Bahkan sejak tahun 1978-2008, saat penyerapan kata aktif dilakukan sudah ada lebih dari 400 ribu kata serapan dari berbagai bahasa dan berbagai bidang ilmu yang sudah diserap ke dalam Bahasa Indoensia.
"Tidak masalah. Semua bahasa di dunia juga saling menyerap," ujarnya.
(chs/chs)