Berkunjung ke tanah Papua tak lengkap rasanya jika belum mencicipi papeda. Makanan yang terbuat dari sagu itu sudah selalu di buru wisatawan yang berkunjung ke Papua. "Kalau orang Papua justru jarang makan papeda," kata Erwin. Tapi bukan berarti mereka meninggalkan makanan itu sama sekali.
Salah satu restoran yang menjual papeda lengkap dengan ikan kuah kuningnya di Biak adalah restoran Furama. Kami pun langsung memesan seporsi papeda beserta ikan kuah kuningnya. Kami sengaja memesan tak terlalu banyak karena mau icip-icip saja.
Tadinya kami mengira seporsi papeda disajikan dalam satu piring saja. Tapi ternyata, seporsi papeda disajikan semangkuk besar. Mangkuknya seperti yang biasa digunakan untuk menampung nasi buat beberapa orang. Ikan yang disajikan pun porsinya sama. Semangkuk besar ikan merah dipotong lima, menjadi teman makan papeda kami malam itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau makan papeda, ambil kuah ikannya dulu. Biar papedanya tidak lengket di piring," ujar Erwin menegur kami yang mengambil papedanya terlebih dulu. Maklum ini kali pertama kami makan papeda, jadi tak tahu caranya.
Rasa ikan kuah kuningnya begitu segar dan gurih. Apalagi kuahnya masih hangat, menambah kenikmatan tersendiri. Daging ikannya juga lembut.
Setelah menyendok kuah ikan, saatnya menambahkan papeda. Erwin terlihat tersenyum-senyum melihat cara kami memindahkan papeda dari mangkuk besar itu ke piring memakai sebuah garpu yang tak kunjung berhasil.
Dia pun langsung mengambil alih. Kedua tangannya langsung menggenggam garpu dan menyendokkan papeda dengan lihainya. "Harus diputar-putar seperti ini biar tidak putus.
Benar saja, piring kecil kami langsung penuh papeda dan siap disantap. Tekstur kenyal papeda berpadu dengan kuah segar dan daging ikan yang lembut bercampur dalam satu suapan. Sungguh pengalaman kuliner yang menarik.