Jakarta, CNN Indonesia -- Mi instan adalah salah satu makanan yang banyak disukai masyarakat. Selain rasanya yang gurih, mi instan ini disukai karena cara membuatnya yang cepat dan praktis.
Mengutip data dari World Instant Noodles Association (WINA), Indonesia adalah negara kedua yang paling banyak mengonsumsi mi instan. Pada 2014, jumlahnya cukup tinggi, yakni sebanyak 13.430 unit. Satu unit ini setara dengan satu juta bungkus atau cup.
Namun jumlah ini sebenarnya berkurang jika dibandingkan dengan pengonsumsi mi di Indonesia pada 2014, yakni sebanyak 14.900 unit. Meski demikian, peringkatnya masih stabil di posisi ke-dua setelah China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya saja, banyak penelitian menyebutkan bahwa konsumsi mi instan yang berlebihan akan sangat berbahaya. Kandungan zat kimia dan pengawet yang ada di dalamnya diklaim bisa merugikan kesehatan pencernaan dan juga otak.
Sekarang ini banyak orangtua juga merasa takut membiarkan anak-anaknya untuk mengonsumsi mi instan. Ada yang beranggapan bahwa mi akan sulit dicerna dan 'mekar' di dalam usus.
Sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of Nutrition mengungkapkan bahwa makan mi instan akan berakibat buruk pada organ hati dan juga lingkar pinggang Anda. Penelitian tersebut dilakukan di Korea Selatan selama dua tahun, sebuah negara yang memiliki tingkat konsumsi mi tinggi di dunia.
Perempuan yang menikmati mi instan lebih dari dua kali seminggu, 68 persen lebih mungkin terserang sindrom metabolik. Yakni, sekelompok gejala seperti obesitas, tekanan darah tinggi, peningkatan kadar gula darah yang tinggi, peningkatan trigliserida yang tinggi, dan tingkat kolesterol HDL yang rendah.
Mi juga disebut-sebut berbahaya karena dianggap mengandung zat berbahaya lainnya. Dalam mi instan juga terdapat daftar panjang zat aditif termasuk pengawet beracun tersier, butil hidrokuinon (TBHQ). TBHQ, produk sampingan dari industri perminyakan, terdaftar sebagai antioksidan.
Namun, harus sadar bahwa itu adalah bahan kimia sintetik dengan sifat antioksidan. Bedakan dengan antioksidan alamiah. Bahan kimia tersebut mencegah oksidasi lemak dan minyak sehingga dapat memperpanjang masa simpan makanan olahan.
Meski demikian, ada juga ahli penelitian yang mengungkapkan bahwa sebenarnya mi instan tak terlalu bahaya. Maksudnya, tak berbahaya selama ada izin dari BPOM dan tak melebihi tanggal kedaluarsanya. Selain itu, cara penyajian dan frekuensi menyantapnya juga harus diperhatikan.
Bagaimana sebenarnya cara menyantap mi instan yang tepat dan sehat dilihat dari sisi kesehatan dan kulinernya? Bagaimana juga sebenarnya proses pembuatan mi di pabriknya? Benarkah menggunakan pengawet dan bahan kimia berbahaya lainnya?
Kenali semua seluk-beluk serta mitos mi instan dari berbagai sisi kesehatan, kuliner dan produksi, lewat siaran ulang live streaming CNN Indonesia, Lunch@Newsroom: Menakar Lezat dan Sehatnya Mi Instan pada Senin (14/12) mendatang, pukul 14.00 - 15.00 WIB.
Anda juga bisa berpartisipasi aktif dengan mengirimkan pertanyaan di kolom bagian bawah dan semua hal yang ingin Anda ketahui soal mi instan. Narasumber Lunch@Newsroom akan menjawabnya untuk Anda.
(chs/les)