Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang siswi ditemukan tewas di hutan setelah mengalami reaksi alergi terhadap wi-fi sekolah yang membuatnya tersiksa.
Orang tua Jenny Fry (15) mengatakan bahwa putrinya menderita elektro-hipersensitivitas (EHS) yang membuatnya kelelahan, sakit kepala, dan punya masalah kandung kemih. Debra, ibu Jenny, mengatakan kepada petugas pemeriksa bahwa Jenny sangat menderita karena koneksi internet nirkabel di Chipping Norton School, Oxfordshire, tempatnya bersekolah.
Jenny ditemukan gantung diri di Brooke Woods, area di dekat rumahnya di Chadlington, Inggris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan keterangan saksi di pengadilan, pada hari nahas itu, dia mengirim pesan kepada temannya, mengatakan bahwa dia tidak masuk ke sekolah. Debra dan suaminya Charles Newman yakin anak mereka menderita sakit karena wi-fi. Bahkan koneksi wi-fi sudah dihapus dari rumah mereka.
Mereka bercerita bagaimana putri mereka bersembunyi di ruang kelas kosong dan hanya duduk di kursi tertentu saat pelajaran agar dia bisa menjauh dari router.
“Saya yakin Wi-fi yang telah membunuh anak saya,” ujar Debra.
Dia mengatakan, Jenny mulai menunjukkan tanda-tanda EHS pada November 2012. “Jenny semakin sakit dan saya melakukan riset dan menemukan betapa bahayanya wi-fi sehingga saya tidak lagi menggunakan wi-fi untuk internet,” tutur Debra.
Sang ibu menambahkan, Jenny kerap putus asa dengan alergi Wi-fi yang dia derita. Jenny mengirim pesan singkat dua kali pada hari kematiannya, menyatakan niat bunuh dirinya tapi menolak memberitahu di mana keberadaannya.
Menurut sumber badan kesehatan dunia WHO, bentuk elektro-hipersensitivitas di antaranya adalah alergi terhadap gelombang radio dan oven microwave yang dipancarkan oleh perangkat elektronik di sekitar kita.
Lebih dari lima persen populasi di Inggris, yakni lebih dari tiga juta orang, percaya bahwa mereka mengalami sensitivitas listrik.
EHS ditandai oleh berbagai gejala non-spesifik termasuk kulit kemerahan, kesemutan, sensasi terbakar, kelelahan, sulit konsentrasi, pusing, mual, palpitasi jantung, dan gangguan pencernaan.
Kondisi ini tidak diakui sebagai kondisi medis oleh orang-orang yang bergerak di bidang medis atau ilmiah, termasuk oleh WHO.
“Tidak ada dasar ilmiah untuk menghubungkan gejala EHS dengan eksposur EMF (gaya gerak listrik). EHS bukan diagnosis medis, masih belum jelas apakah itu masalah medis tunggal," jelas WHO.
(win/les)