Jakarta, CNN Indonesia -- Kebahagiaan memang membuat hidup seseorang seperti tak pernah berhenti berputar. Sayangnya, berdasarkan studi terbaru, kebahagiaan tidak membuat hidup seseorang menjadi lebih lama. Dengan demikian, studi ini mengakhiri keyakinan bahwa perasaan sedih atau stres dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti dilaporkan oleh
Independent.
Studi selama sepuluh tahun terhadap satu juta perempuan menemukan bahwa keadaan emosional yang sejahtera tidak berhubungan langsung dengan angka kematian. Mereka juga mengatakan, penelitian sebelumnya hanya membuat hubungan sebab akibat jadi membingungkan.
Kesehatan buruk yang mengancam jiwa jelas menyebabkan ketidakbahagiaan, itu alasannya mengapa ketidakbahagiaan dihubungkan dengan tingginya kematian, kata para peneliti. Peneliti menemukan, merokok biasanya membuat orang tidak bahagia dibandingkan non-perokok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, setelah memperhitungkan masalah kesehatan sebelumnya, merokok, dan faktor-faktor gaya hidup dan sosial ekonomi, mereka menemukan, ketidakbahagiaan itu sendiri tidak berhubungan dengan tingkat kematian.
Salah seorang penulis studi, Professor Sir Richard Peto di Universitas Oxford mengatakan, “Banyak yang masih percaya bahwa stres atau ketidakbahagiaan dapat secara langsung menyebabkan penyakit, tapi mereka masih bingung akan hubungan sebab akibatnya.”
“Tentu saja orang-orang yang sakit cenderung tidak bahagia daripada mereka yang sehat. Namun, menurut Studi Million Women di Inggris, kebahagiaan dan ketidakbahagiaan tidak dengan sendirinya memiliki efek langsung pada tingkat kematian.”
Studi yang diterbitkan di jurnal The Lancet merupakan bagian dari Million Women Study, studi nasional kesehatan perempuan, yang melibatkan lebih dari satu juta perempuan Inggris berusia 50 dan lebih, serta proyek kolaborasi antara Cancer Research di Inggris dan NHS.
Tiga tahun setelah ikut serta dalam penelitian, para perempuan tersebut dikirimkan kuesioner untuk menilai tingkat kesehatan, kebahagiaan, stres, perasaan atas kontrol, dan apakah mereka merasa rileks. Lima dari enam perempuan berkata mereka pada umumnya bahagia, tapi satu dari enam mengatakan mereka tidak bahagia.
Ketidakbahagiaan terkait dengan kehilangan, merokok, kurang olahraga, tidak hidup dengan pasangan. Asosiasi terkuatnya adalah, perempuan dengan kesehatan buruk cenderung mengatakan mereka tidak bahagia, stres, tidak dalam kontrol, dan tidak santai.
Analisis utama meneliti sekitar 700 ribu perempuan berusia rata-rata 59 tahun. Selama sepuluh tahun berikutnya, para perempuan ini diikuti terus dengan catatan elektronik kematian, selama waktu tersebut sekitar 30 ribu dari mereka meninggal dunia.
Penulis utama studi Bette Liu dari Universitas New South Wales, Australia, mengatakan, “Penyakit membuat Anda tidak bahagia, tapi ketidakbahagiaan sendiri tidak membuat Anda sakit. Kami tidak menemukan efek langsung dari ketidakbahagiaan atau stres terhadap kematian, bahkan dalam sepuluh tahun penelitian terhadap satu juta perempuan.” Dengan kata lain, kebahagiaan tidak membuat seseorang hidup lebih lama.
(win/utw)