Jakarta, CNN Indonesia -- Kapal pesiar mewah MV. Artania singgah di Sabang, Pulau Weh, Aceh pada Kamis (8/4) pukul 10 pagi. Sebagian besar penumpang dan kru kemudian turun dan ikut jelajah darat
overland menjelajah Aceh.
Kapal dengan GT 44.348 dan panjang 230 meter itu membawa 700 turis mancanegara dan 500 awak kapal.
Artania yang mulai beroperasi pada 1984 itu dibuat oleh galangan kapal di Helsinki, Finlandia. Kapal ini mulanya bernama Royal Princess, karena Putri Diana yang memberikan nama tersebut saat diluncurkan pertama kali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2011, kapal mewah ini berganti nama menjadi MV. Artania, setelah sebelumnya bernama MV. Artemis. Itu terjadi setelah pergantian kepemilikan kapal kepada Artania Shipping. Saat ini, Artania dioperasikan oleh operator Phoenix-Reisen.
“Kedatangan kapal pesiar Artania ke Sabang merupakan kali kedua. Sebelumnya, awal tahun 2014, kapal itu juga sudah mendaratkan 1.000 turis asing ke Sabang,” ujar Kadispar Aceh, Reza Pahlevi, Kamis (7/4) dalam press release yang diterima CNNIndonesia.com.
Sesuai adat istiadat, saat kapal ini merapat dan penumpang turun, acara peumulia jamee atau memuliakan tamu langsung digelar. Penumpang yang turun disambut tari Guel yang berasal dari dataran tinggi Gayo, Aceh. Kapten Artania, Elman Muehlebach juga disambut dengan pengalungan bunga.
Karena setelah seremoni penyambutan, sebagian besar penumpang dan awak kapal berkeliling dan menikmati keindahan Kota Sabang, ke pantai, dan mengunjungi tugu kilometer 0 yang menjadi spot favorit penumpang MV. Artania. Mereka pun merasakan sensasi naik becak bermotor yang jadi khas di sana.
“Untuk tahun ini, sudah 16 kali kapal pesiar yang merapat ke Sabang. Dan ini merupakan keuntungan bagi masyarakat Sabang yang sebagian di antaranya terlibat di ekonomi pariwisata,” kata Reza.
Setelah delapan jam hotel berjalan ini merapat di pelabuhan Teluk Sabang, MV. Artania kembali meneruskan perjalanan menuju Madagaskar dan Panama, melalui Selat Malaka.
Merapatnya kapal pesiar di Sabang tak lepas dari kebijakan dicabutnya asas cabotage, yakni komoditas domestik wajib diangkut kapal berbendera Indonesia. Alhasil, kapal pesiar besar bisa merapat sekaligus menaik-turunkan penumpang di pelabuhan di Indonesia.
(sil)