Inggris, Pasar Potensial Fesyen Muslim Indonesia

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Rabu, 13 Apr 2016 16:09 WIB
Muslim Indonesia lebih ekspresif, ada ruang untuk komunikasi. Yang bercadar dapat hang-out dengan yang berbusana muslim kontemporer.
Diajeng Lestari. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Inggris menjadi pasar potensial fesyen muslim dari Indonesia. Di London, ibukota Inggris, saja setidaknya ada 3 juta muslim.

Sejumlah langkah diambil, di antaranya mengikuti pameran di Inggris beberapa tahun terakhir, seperti International London Fashion Showcase pada Februari 2016 yang diikuti desainer dari 24 negara. Pameran fesyen  adalah kesempatan untuk bertemu calon pelanggan dan fashion blogger di sana.

Salah satu yang mengikuti pameran di London adalah HijUp, merek busana muslim online Indonesia. “Bahkan kami menjadi sampul bookletnya," ujar Program Director HijUp Diajeng Lestari usai konferensi pers kerjasama bidang ekonomi kreatif antara Inggris-Indonesia di Kemang, Jakarta, Selasa (12/4). 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden RI Joko Widodo dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf akan bertandang ke Inggris pada 19-20 April untuk menjalin kerjasama kedua negara, khususnya di bidang ekonomi kreatif. Rencana ini membawa angin segar bagi para pelaku industri kreatif Indonesia, karena selain membuka lebih banyak potensi, juga menjadi pintu agar hasil kreatif Indonesia dikenal dunia.

Berawal dari pertemuan Ajeng, sapaan Diajeng Lestari, dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron ke Indonesia pada 2015 dalam sesi diskusi dengan pengusaha fesyen muslim Indonesia. Saat itu Cameron menjelaskan bahwa muslim Inggris didominasi kelompok ekstrem, tak seperti Indonesia yang lebih toleran dan inklusif.

"Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar, Indonesia dinilai toleran. Karena kita multikultur dan menemukan ragam budaya muslimnya yang kreatif. Potensinya ada dalam bidang fesyen," ujar Ajeng.

"Kita lebih ekspresif, ada ruang untuk komunikasi. Contohnya, yang bercadar pun dapat hang-out dengan yang berbusana muslim kontemporer," tuturnya.

Untuk itu, ujar Ajeng, dia merasa perlu mengenalkan bagaimana fesyen muslim Indonesia, sebagai kendaraan untuk membuat masyarakat muslim Inggris terbuka satu sama lain.

Banyaknya pengunjung serta pesanan usai pameran di London itu membuatnya sadar bahwa Indonesia telah satu langkah lebih maju dalam bidang fesyen muslim.

"Indonesia telah mendesain abaya sejak belasan tahun lalu, sedangkan brand besar baru memulainya. Ini langkah bagus untuk masuk ke pasar Inggris, karena Inggris pun dikenal sebagai pusat mode dunia,"  ujar Ajeng.

Banyak hal baik dapat dipelajari dari Inggris karena negara ini sudah berpengalaman tingkat dunia, seperti dalam hal infrastrukstur, pendidikan, dan pasar.

Selain ke London, ujar Ajeng, Indonesia harus membuat pengenalan hasil kreatif Indonesia ke pusat fesyen dunia yang lain, seperti New York dan Milan. Untuk mencapai itu semua, industri dari hulu ke hilir harus sama siapnya, seperti manufaktur, bahan baku, desainer, serta pasarnya.

"Di antara populasi yang besar dan latar belakang multikultur, tentu memiliki banyak bakat. Dubai yang penduduknya hanya 2 juta dapat lebih cepat berkembang, mengapa kita tidak? Ini adalah potensi yang harus kita manfaatkan," ujarnya. (sil/sil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER