Tak Perlu Sungkan Bicara Bunuh Diri

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Jumat, 24 Jun 2016 07:00 WIB
Konon, membicarakan bunuh diri membuat orang terdorong melakukan tindakan tersebut. Padahal, membicarakan soal bunuh diri, bisa menyelamatkan nyawa.
Berbicara tentang bunuh diri bisa membantu menyelamatkan nyawa. (Stocksnap/Milada Vigerova)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bunuh diri ternyata masih berselimutkan mitos di masyarakat. Masyarakat enggan membahas tentang bunuh diri kepada orang yang sekiranya terganggu jiwa atau memiliki kecenderungan bunuh diri. Konon, membicarakan bunuh diri membuat orang terdorong melakukan tindakan tersebut.

"Sebenarnya tak perlu takut berbicara tentang bunuh diri dengan orang yang rentan seperti bipolar. Mitos kalau bicara bunuh diri bikin inspirasi bunuh diri itu tidak benar," kata Nurmiati Amir, spesialis kesehatan jiwa Departemen Kesehatan Jiwa FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo saat ditemui CNNIndonesia.com, di InterContinental Hotel MidPlaza, sudirman, Jakarta, pekan ini.

Menurut Nurmiati, membicarakan masalah, atau keinginan bunuh diri dari seseroang yang punya ide tersebut, justru membuka pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi pada sang penderita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan terbukanya akses informasi tersebut, harapannya lingkungan dapat mencegah keinginan bunuh diri orang bergangguan mental dengan menanamkan pesan-pesan positif, atau memberitahukan psikiater tentang kondisi terbaru pasien.

"Ketika seseorang tengah depresi, ia tidak bisa 'melihat' apapun," kata Nurmiati. "Tidak ada salahnya sebenarnya mendiskusikan hal tersebut, karena sejatinya pembicaraan bunuh diri itu belum tentu terjadi.”

Pentingnya lingkungan untuk menjaga kondisi dan tetap membuat orang rentan bunuh diri tetap 'sadar’, pernah dirasakan oleh Vindy Ariella, pendiri Komunitas Bipolar Care Indonesia yang ditemui dalam kesempatan yang sama.

Sebagai orang dengan bipolar, Vindy merasakan betul perubahan dan 'bisikan' aneh yang menghantuinya. Vindy juga pernah mencoba bunuh diri akibat depresi setelah merasa 'sembuh' saat berada di masa mania. Bersyukur, upayanya itu gagal dan kini ia selalu menjaga asupan obat.

"Saya juga pernah punya teman di dalam komunitas yang terdiagnosa depresi namun ia belum mencari pertolongan yang tepat. Baru sepekan bergabung, kami kecolongan ia berhasil bunuh diri setelah berhalusinasi," kata Vindy.

"Pengalaman itu menjadi pengalaman berharga buat kami. Seharusnya komunitas dapat mencegah namun jadinya kecolongan. Ini isu serius dan tidak main-main," lanjutnya.

Upaya penjagaan dari lingkungan juga menjadi solusi yang dilakukan oleh psikiater dalam menghadapi orang rentan bunuh diri. Para psikiater bahkan mendidik pasien dan lingkungannya ketika muncul halusinasi pada pasien, maka pasien harus langsung menghubungi dokter.

"Kami akan selalu bilang kepada mereka halusinasi itu bukan pikiran mereka, itu salah dan jangan diikuti. Kami juga mengajarkan teman atau komunitasnya untuk dapat mengatakan hal tersebut guna mencegah terjadinya bunuh diri," kata Nurmiati.

"Kemudian, segera bawa ke psikiater, walaupun ia berada dalam terapi. Karena bisa saja perlu dosis tambahan atau terapi lainnya." (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER