Kelainan Irama Jantung Bisa Jadi Penyebab Stroke

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Selasa, 26 Jul 2016 04:50 WIB
Fibrilasi Atrium (FA) atau kelainan irama jantung menyebabkan bekuan darah di jantung yang bila lepas ke sirkulasi sistemik, dapat menyebabkan stroke.
Serangan jantung bisa disebabkan kelainan irama jantung. (Thinsktock/buchachon)
Jakarta, CNN Indonesia -- Fibrilasi Atrium atau FA, merupakan kelainan irama jantung berupa detak jantung yang tidak regular sering dijumpai pada populasi di dunia dan di Indonesia. Namun, pengetahuan dan kepedulian tentang FA sampai saat ini masih rendah, padahal FA dapat menyebabkan bekuan darah di jantung yang bila lepas ke sirkulasi sistemik dapat menyebabkan stroke.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), mengatakan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang paling banyak menimbulkan kematian.

Data WHO saat ini menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor 1 secara global, sebesar 31 persen dari total populasi. Pada tahun 2012 sekitar 17,5 juta orang di dunia meninggal dunia karena penyakit kardiovakular, yang terdiri dari 42 persen kematian karena penyakit jantung koroner, dan 38 persen disebabkan stroke.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"FA merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang harus dikenali dengan baik oleh masyarakat agar terhindar dari stroke, gagal jantung atau serangan jantung," kata dr. Ismoyo melalui rilis yang diterima CNNIndonesia.com.

Oleh karenanya, masyarakat diminta mewaspadai gejala-gejala FA, yaitu cepat lelah, irama jantung tak teratur, sesak nafas, berdebar, kesulitan mengerjakan pekerjaan sehari-hari, rasa nyeri, dada tertekan dan seperti diikat, pusing, rasa mengambang dan berputar hingga pingsan dan semakin sering buang air kecil.

Sementara itu, Ketua Panitia Atrial Fibrillation Campaign di Indonesia dan Ketua InaHRS, Dr.dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K) mengatakan bahwa prevalensi pasien FA semakin meningkat seiring bertambahnya usia.

"Di umur 40-60 tahun sekitar 0,2 persen dari populasi sedangkan pasien di atas umur 80 tahun mencapai 15-40 persen. Penderita FA memiliki risiko 5 kali lebih tinggi untuk mengalami stroke dibandingkan orang tanpa FA. Sangat disayangkan di Indonesia, banyak insiden stroke akibat FA terjadi pada usia produktif, yaitu dibawah 60 tahun dan pasien datang biasanya datang sudah dalam keadaan Stroke yang disebabkan oleh FA," ungkap dr. Yoga.

Di lain pihak, Ketua 1 PERDOSSI, dr. H. Salim Haris SpS (K) mengatakan bahwa terdapat dua jenis stroke yaitu stroke berdarah dan stroke sumbatan dengan faktor risiko usia, jenis kelamin, darah tinggi, diabetes serta FA.

"FA sebagai faktor risiko sifatnya independen dan dapat dengan cepat menimbulkan stroke sumbatan,” kata dr. Salim.

Selain Stroke, FA juga merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan serangan jantung. Menurut dr. Yoga, pada kasus FA, irama jantung menjadi ireguler sehingga
kontraksi otot-otot jantung menjadi tidak sinkron. Dalam jangka panjang hal tersebut melemahkan pompa jantung dan memicu terjadinya gagal jantung dan selanjutnya diikuti dengan kegagalan fungsi organ penting lainnya.

"Pasien yang mengalami gagal jantung akan memiliki peningkatan risiko kematian sebesar 50 persen dalam 3 tahun," katanya.

Adapun, dr. Yoga menjelaskan bahwa FA yang paling umum terjadi adalah Lone AF (FA perseorangan). Jenis penyakit ini sering terjadi pada usia muda dan terdapat faktor genetik dan kelompok FA lainnya yaitu yang berkaitan dengan hipertensi, diabetes, usia, kebiasaan merokok dan stres.

Ia pun menegaskan bahwa upaya pencegahan sebenarnya bisa dilakukan terutama dengan menghindari faktor risiko tersebut.

"Untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas akibat FA, maka masyarakat perlu diberikan informasi seluas-luasnya, termasuk upaya pencegahan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan memeriksakan diri ke dokter apabila terjadi gejala FA dan pemberian antikoagulan jika terdiagnosa FA," ujarnya. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER