Bandung, CNN Indonesia -- Acara Pasanggiri Sanglingan Bentang Jaipongan Jugala Raya 2016 kembali digelar di Gedung AACC, Jalan Braga, Bandung, pada 13-14 Desember 2016. Perhelatan tersebut dibuka oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Dalam sambutannya Aher mengatakan akan konsisten dan terus berjuang menjaga budaya dan seni tradisi Jabar. Aher percaya bahwa pelestarian budaya perlu masuk ke kehidupan masyarakat masa kini secara halus, tanpa harus menjadi beban.
“Itu artinya budaya memiliki arti bahwa budaya harus hidup, tanpa pemaksaan dan harus dinikmati, jadi ke depan semoga semakin banyak anak muda yang tertarik dengan budaya,” kata Aher.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi bentuk pelestarian seni- budaya seperti Pasanggiri ini memiliki nilai strategis, sebagai sebuah usaha dalam melestarikan seni-budaya Jawa Barat.
Sebagai aprsesiasi, Aher menambah uang Rp50 juta untuk para juara Sanglingan Bentang Jaipongan Jugala Raya. Selain itu, Aher juga meminta kepada 10 karya Maestro Tari Jaipong Asal Jawa Barat Gugum Gumbira didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).
"HaKI itu sedang kami proses hak ciptanya ke Kemenkumham, kemudian 10 karya Kang Gugum kita daftarkan hak patennya. Kemudian saat ini sedang proses, ini karena sebuah karya," kata Aher.
Ia menegaskan pendaftaran 10 tari jaipong karya Kang Gugum Gumbira tersebut bertujuan untuk menghindari klaim dari pihak lain.
Pimpinan Sangar Jugala, Gugum Gumbira, gelaran Pasanggiri ini bertujuan untuk mencari (Salingan) Bentang Jaipongan khas Jugala. "Selain itu untuk memperlihatkan, bahwa jaipongan, khususnya Jugala masih eksis di Jawa Barat, terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara ini," ujarnya.
Sedangkan dua nama tarian, yakni Kawung Anten dan Keser Bojong sengaja diangkat sebagai ciri khas dari tari Jaipongan Jugala.
"Hampir 30 tahun tarian ini tidak diekpose ke masyarakat. Hari ini kita angkat dan di-Pasanggiri-kan ke hadapan masyarakat," katanya.
Atraksi budaya yang juga didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) itu diikuti sekitar 120 peserta yang berlomba untuk menjadi yang terbaik.
Peserta yang hadir merupakan perwakilan sanggar tari yang ada di seluruh Jabar. Mereka harus menari tarian wajib, yakni Tari Kawung Anten dan Keser Bojong.
Kepala Bidang Wisata Budaya Asdep Pengembangan Segmen Pasar Personal Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Wawan Gunawan mengatakan branding Pesona Indonesia akan mendukung segala event yang terkait dengan kearifan lokal dan budaya bangsa Indonesia, untuk menarik pergerakan minat pariwisata Nusantara dan mancanegara.
Wawan menambahkan, Sanglingan secara bebas itu punya arti dan makna, yakni memperindah dan mempercantik, meningkatkan atau mengasah para penari bintang jaipongan mengemas dengan raga,rasa dan wirahma.
“Sangling ngaherangan perhiasan atawa pusaka seperti emas. Sangling itu mengkilatkan, membeningkan perhiasan dan pusaka agar lebih indah dan mempunyai bobot nilai yang lebih berharga. Jadi Jaipong adalah budaya yang harus dijaga, dilestarikan, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Karena sesuai amanat Pak Menteri, wisata budaya semakin dilestarikan semakin mensejahterakan masyarakat,” ujar Wawan.
Menpar Arief Yahya selalu mendefinisikan bahwa setiap kegiatan budaya, harus punya dua sisi nilai, yaitu nilai budaya dan nilai komersial atau financial value. Syarat keduanya penting agar karya budaya itu bisa hidup dan bertumbuh di tengah perubahan yang makin cepat.
“Saya percaya, semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan. Termasuk di budaya dan tradisi masyarakat seperti tarian itu,” kata Arief Yahya.